Happy reading 🙆
Tanggal debut band Fahri sudah ditentukan, kini Fahri akan menikmati hari bebasnya dulu karena ia yakin jika sudah debut ia tidak akan bebas kemana-mana.
Fahri yakin ia akan terkenal setelah debut karena wajahnya sangat tampan ditambah lagi suaranya yang bikin jatuh hati, Fahri memperingatkan cuman jatuh hati sebagai idola aja ya jangan lebih soalnya babang udah punya istri dirumah.
"Mon kita belanja bulanan yuk," ajak Fahri.
Mona yang sedang makan itu menoleh dengan pipi yang menggembum ia belum menguyah makannya. "Stok persediaan dapur masih banyak kok," ucapnya.
"Nggak papa, siapa tahu bulan depan kamu udah nggak bisa pergi belanja bulanan," ucap Fahri.
"Tapi Mas...."
"Nggak ada tapi-tapian setelah kamu selesai makan kita langsung berangkat ya, aku mau mandi dulu," ucap Fahri meninggalkan dapur masuk kedalam kamar.
Setelah Fahri mandi kini giliran Mona yang mandi, Fahri menunggu perempuan itu bersiap-siap hingga 30 menit lamanya.
"Lama banget sih sayang," ucap Fahri seraya mendorong pintu kamar.
Mona yang sedang duduk di depan meja rias menoleh," sabar dong Mas ini usah selesai kok."
Fahri menutup kembali pintu kamar lalu mendaratkan bokongnya di sofa dengan keras, Mona selalu lama jika duduk di meja riasnya bikin kesal aja.
"Gitu aja nggak sabaran," sahut Mona yang telah selesai bersiap-siap.
Fahri beranjak dari sofa, ia menyuruh Mona untuk duluan masuk mobil biar ia yang mengunci pintu dan pagar.
Fahri masuk kedalam mobil, "kita sekalian beli perabot baru yuk."
"Perabot baru apa?"
"Mesin cuci baru?"
"Enggak usah deh yang lama masih bagus, tapi kalau kamu banyak rezeki mending kamu kasih ke adik aku," ucap Mona.
Fahri menoleh dengan tatapan shock, "kamu punya adik?"
Mona mengangguk antusias, "punya dong di panti asuhan."
Fahri tersenyum tipis, ia kira adik yang sesungguhnya.
Fahri memarkirkan mobilnya di salah satu pusat perbelanjaan, pria itu mengelilingi mobil lalu membukakan Mona pintu, "halah lebay banget pakai bukain pintu segala."
Fahri terkekeh geli seraya menuntun istrinya itu turun dari mobil, "aku nggak mau istriku yang cantik ini kesusahan."
Mona tersenyum malu-malu, "bisa aja Mas Fahri."
Fahri menggandeng tangan istrinya itu mengelilingi pusat perbelanjaan itu tetapi trolinya masih begitu kosong. Fahri tersenyum tipis kala melihat istrinya bersemangat mendorong troli yang masih terlihat kosong itu.
"Aku mau naik di troli deh," cetus Fahri.
Mona menoleh dengan ekspresi terkejut, "yakin? Kamu nggak malu memangnya?"
"Kenapa harus malu, kecuali aku keliling disini nggak pakai celana baru malu."
Mona spontan memukul perut suaminya itu, "sembarangan banget kalau bicara!"
Fahri tertawa terbahak-bahak, sikap yang dulu pernah menghilang dari dirinya kini sudah benar-benar kembali.
"Tapi kamu bisa nggak dorong aku?" Tanya Fahri.
"Angkat karung beras 50 kg aja aku bisa, nggak usah lebay deh, cepetan naik!"
Fahri manggut-manggut ia percaya Mona sekuat itu. Perlahan ia naik di troli itu Fahri berjongkok masih mengatur posisi duduknya, Mona sengaja mendorongnya tiba-tiba hingga Fahri terduduk dengan keras lalu mengadu kesakitan karena belum terlalu siap untuk didorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Destiny [TERBIT]
RomanceBerawal dari kelulusan Fahri dan beberapa teman seangkatannya yang membanggakan di fakultas teknik, kelulusan itu langsung dirayakan di klub. Fahri terus dicekoki minuman keras hingga tak terkendali dan berakhir mabuk berat. Saat itu seorang perempu...