Happy reading 🙆
Mona meringkuk di atas kasur dengan mata yang sembab, Fahri sudah hampir tiga jam pergi tapi perlakuan pria itu terus saja terngiang-ngiang di kepalanya, ia sudah tidak tahan dengan sikap Fahri yang semena-mena kepadanya.
Tepat jam 12 malam Fahri datang, pria itu mengetuk pintu dengan keras membuat Mona yang tadinya sudah terlelap langsung bangun dan lari menuju pintu.
Setelah membukakan pintu Mona kembali masuk kedalam kamar tanpa mengucapkan sepatah kata, meskipun Fahri sepertinya tidak mabuk tetap saja pria itu membentaknya tadi pagi.
Fahri sejak tadi belum juga masuk kedalam kamar, didalam pikiran Mona cuman satu Fahri tidur di studio musiknya, dengan langkah ringan ia menuju dapur untuk minum baru kali ini Mona lupa bawa air putih kedalam kamar.
Saat menginjak daerah dapur manik matanya langsung bertemu dengan manik hitam Fahri, pria itu sedang makan masakan yang dibuat Mona tadi pagi untuknya karena adu mulut tadi dia tidak sempat memakannya, sebenarnya tadi sore Mona sudah ingin membuangnya karena takut basi tapi masakannya terlalu banyak dan ia tidak ingin membuang-buang makanan mengingat dirinya pernah kesusahan untuk makan.
Mona melewati meja makan dengan cuek, setelah selesai minum ia berbalik dan sudah ada Fahri yang berdiri dibelakangnya hal itu membuat wanita itu terkejut, jarak keduanya sangat dekat bahkan Mona bisa mencium aroma tubuh Fahri yang kecut.
Fahri merogoh saku celananya lalu memegang tangan Mona, pria itu meletakkan sesuatu di telapak tangan Mona.
Mona membulatkan matanya sempurna, kalung yang dijualnya tempo hari kini berada di telapak tangannya.
"Aku balikin, kalung itu punya kamu seharusnya semua kebutuhan kamu itu aku yang tanggung, kalau ada apa-apa bilang ke aku Mon, apalagi kalau itu soal anak kita apapun akan aku usahakan."
Ucapan Fahri yang begitu lembut tidak seperti biasanya membuat jantungnya berdegup kencang dan ini kali pertamanya Fahri seperti menganggap anak dalam kandungan Mona itu, ia tidak bisa berucap apa-apa selain matanya yang mengerjap menatap wajah tampan Fahri.
"Kok lihatin aku terus?"
Mona membuang penglihatannya, "aku nggak tahu mau bilang apa," ucapnya sambil menunduk.
"Kamu nggak perlu bilang apa-apa."
"Makasih," ujar Mona dengan pelan.
"Itu memang punyamu jadi nggak usah berterimakasih."
"Tetap aja."
Fahri mengangguk lalu pria itu melangkah meninggalkan Mona di dapur, "beresin piringku ya, aku capek mau tidur."
Baru saja Mona dilambungkan keatas langit dan beberapa menit setelahnya langsung dijatuhkan lagi ke dasar bumi, Mona tersenyum tipis Fahri tetaplah Fahri, pria itu tidak mungkin berubah hanya dalam satu malam.
Setidaknya Mona sudah lega mengetahui Fahri sudah menerima anaknya, Mona membersihkan meja makan dan mencuci piring yang dipakai Fahri tadi, setelah semuanya selesai Mona masuk kedalam kamar mendapati Fahri yang sudah terlelap.
"Kelihatannya kecapean banget," ucap Mona sebelum mematikan lampu.
*****
Mona gelisah sejak tadi pagi saat Fahri menyuruhnya siap-siap, pria itu mengajaknya ke ulang tahun salah satu sahabatnya, bukannya Mona enggan pergi tapi ia malu bertemu dengan sahabat Fahri.
Dress selutut warna hitam melekat ditubuhnya yang dikasih Fina dulu, untungnya saja kakak iparnya itu punya badan yang sedikit lebih berisi jadi ia masih bisa memakainya meskipun sangat pas ditubuhnya, rambutnya dibiarkan terurai menambahkan kesan manis. Fahri sempat komplen karena bajunya itu terlalu pas namun tidak ada pilihan lain selain baju itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Destiny [TERBIT]
RomanceBerawal dari kelulusan Fahri dan beberapa teman seangkatannya yang membanggakan di fakultas teknik, kelulusan itu langsung dirayakan di klub. Fahri terus dicekoki minuman keras hingga tak terkendali dan berakhir mabuk berat. Saat itu seorang perempu...