16| Akilla

12.3K 1.4K 369
                                    

UNTUK YANG SIDERS, DI MOHON KERJASAMANYA! VOTE SAMA KOMEN SANGAT BERHARGA UNTUK KELANGSUNGAN CERITA❤

PENCET TOMBOL SEBELAH KIRI BAWAH, TERUS KOMEN DI KOLOM KOMENTAR

TIDAK SUSAH❤

YUK SALING MENGHARGAI

YUK SALING MENGHARGAI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Prisila buru-buru turun dari mobil setelah orang yang sedari tadi dia amati masuk ke dalam bangunan rumah sakit.

Rencananya, dia ingin mengikuti orang itu. Namun, suara panggilan dari sisi kanan membuat Prisila menolehkan kepala dan mengurungkan niatnya. Dia lebih memilih menghampiri Divia yang berdiri di depan resepsionis.

"Kamu mau apa malah ke sana, sih? Jalan ke sana Itu khusus poli kandungan, sayang," kata Divia saat Prisila sudah berada di depannya.

Sedikit terkejut, tetapi Prisila berusaha agar tidak terlihat seperti itu. "A-anu, tadi Sisil ke sasar, bund," alibinya.

Divia memutar bola matanya malas. "Bisa-bisanya kesasar, padahal puluhan kali kamu ke rumah sakit ini."

Prisila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil terkekeh. "Hehe, amnesia mendadak, Bunda."

"Ya udah, ya udah. Ayo ke ruangan Ayah kamu. Biar kita bisa cepet keluar dari rumah sakit ini."

Mereka melangkahkan kaki bersamaan menuju ruangan Ayah Prisila yang sudah di beri tahu Tristan di mana. Tak ada pembicaraan seperti biasa. Prisila sibuk dengan pikirannya, sedangkan Divia sibuk melihat gerak-gerik Prisila yang aneh.

"Sil, udah sampe ruangannya." Divia memegang tangan Prisila agar ikut berhenti. Prisila terlihat sekali melamun, dia mungkin akan terus berjalan ke depan kalau Divia tidak menyentuh tangan menantunya.

"Kamu mikirin apa, Sil?" tanya Divia selidik. "Kenapa ngelamun kayak linglung gitu, sih?"

Prisila lagi-lagi menggaruk tengkuknya karena gugup dan bingung harus menjawab pertanyaan Divia bagaimana. "A-anu, S-sisil gapapa, kok, Bund."

Divia memincingkan matanya. "Jangan bohong Prisila. Bunda lihat gerak-gerik kamu aneh, lho. Dari mulai mau jalan ke poli kandungan, bilang amnesia, terus ngelamun. Sebenernya tadi kamu lihat siapa, sih?"

Prisila diam, bagaimana caranya memberi tahu Divia? Prisila takut kalau dia hanya salah paham. "Nanti deh Sisil kasih tau Bunda, sekarang Sisil masuk dulu. Bunda tunggu di sini, yaa."

Prisila memutar knok pintu ruangan Ayahnya perlahan. Rasa gugup karena bunda Divia, berganti menjadi rasa gugup akan bertemu ayahnya.

Ceklek

Saat pintu terbuka, Prisila melihat Ayahnya terbaring lemas di kasur. Dia terlihat sedang tidur dengan tenang.

"Kak."

MENIKAH [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang