56| Papa Kashi

16.6K 1.2K 435
                                    

Sebelum baca, kasih dulu emot ❤🌻 yang banyak di sinii dongg

Jangan siders! Banyak-banyak komen, jangan lupa votenya juga!

Selamat membaca
Sayang

Selamat membaca Sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



9 bulan umurnya.

Ah, rasanya sangat cepat berlalu. Baby Kashi mereka sudah berumur 9 bulan saja. Keano dan Prisila merasakan bagaimana perkembangan Kashi dari bisa tengkurap sendiri, mengatakan sepatah kata, tersenyum saat melihat hal yang menarik, sampai sekarang, merangkak, berdiri dan berceloteh sangat manis. Jangan lupa, dia sudah bisa mulai merespon saat di ajak komunikasi.

Orang-orang benar, menjadi orang tua adalah anugerah yang sangat indah. Seperti sekarang, Prisila sangat menikmati perannya sebagai seorang Mama. Dan Keano menikmati perannya sebagai seorang Papa.

"Ano! Liatin baby Kashi sebentar dong! Sisil mau ke air." Pagi-pagi, Prisila sudah sangat riweh mengurusi Kashi yang tak bisa diam dan terus memainkan mainan yang sengaja Prisila beri agar anaknya bisa anteng. Mereka berada di kamar Kashi yang di buat benar-benar seperti anak perempuan yang manis. Nuansa peach yang menenangkan, membuat siapapun akan nyaman berada di kamar yang sebenarnya belum di pakai menjadi kamar tidur. Tetapi menjadi playground Kashi.

Dengan wajah bantal, Keano masuk ke kamar Kashi sambil mengucek-ngucek matanya. Dia duduk di sebelah Prisila yang memegangi Kashi berdiri sambil memainkan boneka gajah di tangannya.

"Hai anak cantik, Papa." Suara Keano membuat perhatian Kashi pada boneka gajah beralih. Dia menenggok ke arah Keano, lalu tertawa, memperlihatkan beberapa giginya yang baru tumbuh.

"Utututu, anak siapa sih pagi-pagi udah riweh." Keano membawa Kashi ke gendongannya dan mengangkat anaknya ke atas sampai terdengar suara gelak tawa Kashi.

Prisila terkekeh. "Sisil mau ke air dulu. Ano jagain Kashi, ya. Dari subuh udah riweh sendiri dia," katanya sambil beranjak.

Keano mengangguk. "Ya udah, sana. Lagian Ano ke kantor nanti siangan."

Prisila membungkuk dan mencubit pipi putrinya lembut. "Sama Papa dulu, ya, Sayang. Mama mau ke air."

Kashi tidak merespon Prisila dan malah sibuk memainkan jari Keano yang memangkunya. Dia mendengkus. "Kebiasaan, kalau sama Papanya Sisil di kacangin terus," sungutnya.

Keano terkekeh. "Sayang, liat Mama mau pergi. Coba dadah-dadah."

Kashi melihat kearah Prisila. "Mamama," gumamanya menggemaskan sambil mengangkat tangan seakan memberikan salam perpisahan.

Prisila malah kembali berjongkok, agar bisa mencubit pipi putrinya lebih nyaman. "Anak Mama ini kalau udah sama Papa cepet nurutnya, ya. Uuuu gemes banget."

"Eh-eh, jangan keras-keras atuh di cubitnya, Sil. Anak kamu bukan squishy." Ingat Keano saat Prisila mulai mengencangkan cubitannya pada Kashi.

Seperti itulah Prisila. Dia mudah sekali gemas dan lupa berpikir kalau baby Kashi masih kecil untuk menerima cubitannya yang terbilang keras. Kalau tidak ada Keano, pasti sekarang dia akan mencubit baby Kashi sampai menangis.

MENIKAH [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang