46| Apa Mereka ...

11.8K 1.1K 408
                                    

Hai! Jangan lupa kasih VOTE SAMA KOMEN!

Sebel
um baca, mari absen dengan emot❤ sebanyak-banyaknya di sinii!!

Selamat membaca❤



Satu minggu berlalu setelah kejadian malam dimana Prisila dan Keano bertengkar. Mereka benar-benar bersikap dewasa dengan tidak membiarkan masalahnya berlarut-larut. Keano maupun Prisila sama-sama menjadikan pertengkaran kemarin pelajaran tanpa mengungkit-ngungkit bagaimana seramnya Keano dan keras kepalanya Prisila.

Tentang David, Keano benar-benar marah, sungguh. Dia hampir saja mendatangi kakak iparnya malam itu juga. Akan tetapi, Prisila berhasil menenangkan dan mengatakan alasan kenapa David tega melakukan itu. Perempuan-nya juga bilang David benar-benar akan berubah.

Suami mana yang tidak marah jika istri dan anaknya hampir di celakakan? Apalagi, oleh kakaknya sendiri.

Jika tidak berjanji, mana mungkin Keano membiarkan kakak iparnya itu baik-baik saja karena sudah berani merencanakan hal buruk untuk istrinya.

Tetapi untuk menjaga hubungannya dengan Prisila, Keano memilih meredam emosi pada David. Dia juga bilang kalau dia akan memaafkan orang yang menukar obat jika dia benar-benar berubah menjadi lebih baik.

Lihat saja, apa kakak istrinya itu benar-benar berubah atau tidak.

"Plis, No, bolehin dong. Sisil mau ketemu sama Killa di tempat biasa. Gak jauh dari sini kok, sebentar aja," rengek Prisila sambil bergelayut di tangan suaminya yang fokus pada televisi.

Keano menggeleng. "Besok aja, ya? Sisil baru muntah-muntah, pasti badannya lemes banget, kan?"

Prisila menggeleng. "Udah gak lemes, kok. Lagian kan muntah-muntah kayak gitu tuh wajar buat orang hamil. Sisil bukan muntah paku, kok, tenang aja."

Keano mendengkus, lalu mengusap kepala istrinya yang bergelayut manja di tangan sebelah kirinya. "Mau apa emang ketemu Killa?"

"Dia mau ngomong, tapi gamau lewat telepon katanya," jawab Prisila. "Paling dia mau cerita-cerita sama Sisil. Kasian, No, gak ada temen buat curhat. Dia cuma berani cerita sama Sisil."

Keano mendongkak, melihat jam berapa sekarang. "Sekarang jam sebelas, Sisil mau pergi jam berapa?"

"Jam dua, biar gak terlalu panas. Tapi itu juga kalau di bolehin sama Ano, sih." Prisila menarik kepalanya yang sedang di usap-usap oleh Keano. Lalu, dia menganti posisi, merebahkan kepalanya di paha Keano yang di bantali bantal sofa. "Leher Sisil sakit kalau posisinya kayak tadi," katanya.

Keano terkekeh, lanjut mengusap-ngusap rambut istrinya. "Ya udah, Ano bolehin Sisil pergi deh."

Prisila tersenyum. "Beneran nih?"

Keano mengangguk. "Asal jangan lama-lama. Sama nanti Ano anter jemput."

"Iya, siap." Prisila mengangguk, lalu memeluk tubuh Keano dari posisinya. Sehingga, wajahnya berada tepat di perut Keano.

"Ano mau rasain gak gimana gelinya Sisil kalau Ano udah cium-cium perut Sisil?" Prisila mendongkak, menatap wajah Keano yang sedang menatapnya juga.

"Gimana?"

Prisila mengangkat kaos yang di gunakan Keano, lalu, mengecupi perut indah suaminya itu. Tetapi, Keano tidak bereaksi sama sekali.

Keano terkekeh. "Gak geli, kok. Enak malahan."

Mendengar itu, Prisila mendengkus dan langsung mencubit perut Keano. "Ah gaseru. Masa kalau Sisil di gituin geli, tapi Ano malah jawab enak." Dia beranjak dari posisinya. "Mau ke kamar dulu, ah."

MENIKAH [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang