• 33∆ : Covering Each Other •

193 36 31
                                    

Heyyooo apa kabar???
Siap untuk meramaikan???

No edit, ngetik publish. Jadi maap klo ada typo, mohon koreksinya~

°•°•°•°•°

Saat kedua pria itu keluar dari dalam mobil dan memasuki pekarangan rumah Dhimas, cuaca pada saat itu terlihat cahaya langit yang semakin gelap tertutup awan mendung. Dhimas mengucap salam lalu langsung mencium tangan sang ibu mertua yang menyambut kedatangannya.

"Hana dimana, Ma?" tanyanya.

"Lagi duduk di halaman belakang."

Dhimas mengangkat kedua sudut bibirnya tipis lalu berpamitan dari hadapan wanita setengah baya tersebut. Sambil membuka dua kancing teratas kemejanya, Dhimas melangkah perlahan saat sudah melihat punggung kecil Hana yang duduk menghadap kolam renang. Di atas bangku panjang berwarna coklat keemasan yang lebih tampak seperti bangku taman.

Senyuman di bibir pria itu semakin mengembang kala ia mulai mencium harum wangi tubuh Hana. Ia berhenti dibelakang wanita itu, menopang tubuhnya perlahan pada kedua tangan di sandaran bangku. Dhimas menunduk, mencium pucuk kepala Hana secara tiba-tiba.

"Aaa!"

"Assalamualaikum, Sayang."

Hana memajukan tubuh lalu meraba sisi kosong bangku disebelahnya sambil mengernyitkan dahi. "Dhimas! Aku kaget!" serunya kesal.

Dhimas tertawa geli lalu berpindah posisi dengan duduk di sisi kosong tersebut. "Jawab dulu salamnya, Cantik," katanya.

"Waalaikumsallam," sebut Hana dengan wajah tertekuk.

"Galak banget jawabnya," goda Dhimas, "iya maaf udah ngagetin. Lain kali enggak deh."

Hana hanya diam dan tidak menyahuti perkataan Dhimas. Hal tersebut membuat Dhimas gemas dan menarik tubuh Hana kedalam dekapan. Ia membuat wanita tersebut bersandar pada dada bidangnya dan mengecupi pucuk kepala Hana berkali-kali dengan penuh perasaan.

"Jangan diciumin terus!" Tangan Hana bergerak untuk mendorong Dhimas, namun pria itu malah mengulurkan tangannya yang lain untuk kembali mendekap Hana lebih erat dan beralih untuk mengecupi seluruh permukaan wajah Hana.

"Dhimas! Aku sesek napas ini!" seru Hana.

Yang dipanggil menghentikan aksinya lalu sedikit menjauhkan tubuh dan memandangi wajah pucat polos tanpa make up milik Hana. "Aku tuh kangen banget sama kamu," katanya gombal.

"Baru tadi pagi ya kamu ciumin aku kayak tadi."

"Kan sekarang udah sore, Na."

"Tapi belum ada dua puluh empat jam ya, Mas!"

Dhimas menggeleng lalu menarik Hana kembali kedalam dekapannya dengan kepala Dhimas yang bersandar pada sebelah pundak wanita itu. Tangan Dhimas bergerak mengusap pelan lekuk pinggang Hana lalu mulai mengucapkan kata-kata dengan bisikan yang membuat Hana tidak bisa menahan senyumannya.

"Everytime, every minute, and every second, i always miss you," bisik Dhimas, "you have filling out my head. Every single thing is just about you, you, and you ...."

Suara berat yang mengalun rendah tepat ditelinga wanita itu seakan membuat buku kuduknya meremang. Hana meremas kemeja yang Dhimas kenakan dengan perlahan. Andaikan ia bisa melihat, Hana sangat ingin menatap wajah Dhimas untuk saat ini. Dia tidak ingin hanya membayangkan, tetapi juga menyaksikan langsung bagaimana ekspresi Dhimas yang selama beberapa bulan ini sangat ia rindukan.

Dhimas menjauhkan tubuhnya lalu melihat kearah tubuh Hana yang sedang menggunakan gaun tidur berwarna biru polos. Tangan pria itu terulur untuk mengusap perut Hana yang setiap minggunya semakin membesar. Dan ya, jika Dhimas tidak salah hitung, minggu ini memasuki minggu ke-24 usia janin Hana.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang