• 19∆ : Risak •

445 154 216
                                    

Cek & re-cek kalo ada typo ya, hehe. Vote dulu tapi, jgn lupa juga buat ramein komen.

Nah, selamat membaca.

•°•°•°•°•

"Hana, minggu kamu luang?"

Hana mendongak, melihat kearah Doyoung yang muncul setengah badan dari balik pintu kamar. Lelaki itu kemudian masuk dan duduk diatas ranjang, memperhatikan Hana yang sedang memasukkan tumpukan pakaian kedalam lemari Doyoung.

"Iya, luang kok. Kenapa?"

"Biasa, acara keluarga, kamu mau ikut?" Lelaki itu merebahkan diri dengan satu tangan yang ditekuk dibelakang kepalanya.

Hana terdiam, tidak langsung menjawab. Selama lebih dari tiga bulan pernikahan mereka, Hana tidak pernah mengikutsertakan diri dalam acara keluarga besarnya Doyoung. Hana juga hanya bertemu mereka ketika hari pernikahannya waktu itu. Entah, Hana merasa tidak siap. Namun, jika harus menolak lagi ajakan Doyoung, rasanya tidak sopan.

"Bunda nanya terus, kenapa kita gak pernah dateng." Kata Doyoung, "Tapi gak apa-apa kalo kamu sibuk, kita gak--"

"Iya, kita dateng kok." Potong Hana cepat, lalu tangannya kembali bergerak memasukkan pakaian.

Doyoung langsung mendudukan tubuhnya, "Kamu serius? Aku gak apa-apa kok kalo emang kamu be--"

"Iya, gak apa-apa, Doyoung. Kali ini kita hadir." Kata Hana lagi, "Salam sama bunda,"

Lelaki itu menghela nafasnya lalu merogoh ponsel dari kantung celana, kembali merebahkan diri lalu mulai nimbrung di grup chat keluarga besarnya. Sedangkan Hana, dia melakukan pekerjaannya sembari melamun. Sebenarnya, bukan tanpa alasan ketika Hana menolak ajakan Doyoung sebelumnya.

Hana hanya masih tidak siap jika keluarga besarnya terlalu memberi ekspetasi yang sangat besar atas kehadiran Hana. Perempuan itu masih belum bisa menjadi istri yang baik. Hana belum bisa memasak dengan enak dan bervariasi; pekerjaan rumah masih berantakan; Hana belum bisa memenuhi kewajiban Tuhannya dengan menutup aurat; bahkan, Hana belum bisa memberikan kewajibannya sebagai istri untuk memenuhi hak dan kebutuhan biologis untuk suaminya.

Hana berdiri, hendak keluar dari kamar Doyoung. Namun langkah perempuan itu seketika terhenti ketika suara Doyoung mengudara hingga ke telinganya.

"Kamu jangan takut ya, Na. Aku tau kok apa yang kamu pikirin."

Tanpa membalas, perempuan itu segera menutup pintu kamar dan masuk kedalam kamarnya sendiri. Bahkan, dengan kalimat ini, sudah diketahui, bukan?

Mereka saja masih pisah ranjang. Jadi, apa yang harus Hana katakan mengenai segala pertanyaan sensitif soal pernikahan?

•°•°•°•

Di depan rumah orang tua Doyoung serta di garasi sudah penuh oleh beberapa kendaraan roda dua dan roda empat. Bahkan dari luar saja sudah terdengar jelas suara ramai-ramai, terutama teriakan anak kecil. Hana melingkarkan kedua tangannya di lengan Doyoung, meremasnya pelan merasakan gugup.

"Kamu tegang banget, gak apa-apa, sayang." Bisik Doyoung di telinga perempuan tersebut. Bahkan satu tangannya yang lain mengusap pelan punggung tangan Hana.

Perempuan itu tidak membalas perkataannya, dia hanya menoleh membalas tatapan Doyoung.

"Assalamualaikum."

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang