• 9∆ : Arcane •

540 242 367
                                    

[tadinya mau up bsk, tp udh gatel pgn skrg T_T]

•••

Empat hari sudah Hana tidak melihat batang hidung pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut. Bukan karena mereka sedang cekcok, tetapi karena pekerjaan Doyoung di Jogja sudah mulai menyita banyak waktu pria tersebut. Hana tidak masalah, toh mungkin dia di untungkan dengan banyaknya waktu yang bisa ia habiskan dengan Jaehyun.

Terkesan jahat, tapi memang begitu adanya. Katakan saja Hana sebagai tokoh antagonisnya dalam cerita segitiga ini.

Saat ini pukul tujuh lebih lima belas menit, sudah waktunya untuk makan malam sebenarnya. Hana merapatkan jaket yang ia kenakan, sambil mengusap wajahnya yang terciprat pantulan air hujan. Sejak siang hari hujan besar tidak kunjung berhenti, dan sekarang tinggal menyisakkan sisa-sisa gerimisnya saja.

Kaki Hana bergerak gusar dibawah naungan halte kampus, sedang menunggu seseorang. Hawa yang semakin dingin, dan perutnya yang keroncongan membuat hidungnya berair. Kesal sekali dia, sudah terlalu lama berdiri namun yang ditunggu tidak kunjung datang.

Suara kendaraan yang berlalu-lalang di hadapannya menambah tingkat kejengkelan didalam hati Hana. Dia benar-benar ingin pulang namun Jaehyun bilang harus menunggunya. Tadi pria itu harus mengurus sesuatu dengan kepala laboratorium, dan dia bilang urusannya hanya sebentar. Namun setelah Hana menunggu lebih dari setengah jam hingga menelfon Jaehyun beberapa kali -yang tidak kunjung diangkat- membuat perempuan itu bingung apa yang harus ia lakukan.

"Kenapa belum pulang?"

Hana terkejut hingga mundur beberapa langkah sebelum akhirnya melihat seorang laki-laki yang ia kenal sudah berdiri tepat di sebelahnya dengan jaket kulit berwarna coklat tua dan rambutnya yang terlihat basah.

"Oh, hai, Hen. Aku lagi nunggu Jaehyun."

Lelaki itu mengangguk, lalu tangannya menarik Hana mendekat. "Dingin tau, sini jangan jauh-jauh." Kecapnya sambil merangkul bahu Hana.

Hana langsung merasakan canggung di sekitarnya. Dia berdeham lalu sedikit mendongak untuk melihat wajah Hendery, "Kamu liat Jaehyun?" Tanyanya.

"Iya, tadi masih di lab univ."

"Oh..." Dia mengangguk pelan lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan.

Hendery melirik ke sebelah kanan dan kirinya. Banyak sekali mahasiswa lain yang juga memenuhi halte. Bahkan tempat duduknya sudah penuh dengan banyak orang.

"Kamu dari tadi berdiri?"

Hana perlahan melepaskan tangan Hendery dari bahunya lalu selangkah sedikit menjauh. "Iya", jawabnya sambil mengangguk.

"Aku antar pulang, mau?"

Perempuan itu menggeleng atas jawaban dari ajakan Hendery, "Aku tunggu Jaehyun aja."

Hendery sedikit menundukkan tubuhnya untuk mensejajarkan mulutnya di hadapan telinga perempuan tersebut, "Hana, suami kamu bilang, kamu harus cepet pulang." Bisikannya membuat Hana membulatkan matanya terkejut.

"Suami apaan sih, Hen?!"

Hendery memiringkan kepalanya, "Aku tau kamu udah nikah." Ucapnya.

"Gak usah ngaco!"

Lelaki itu kembali menegakkan tubuhnya, "Hana, Doyoung itu sahabat aku."

Suasana dingin saat itu seakan semakin dingin karena Hana telah mendengar ucapan Hendery. Tenggorokannya terasa tercekat dan tidak tahu harus merespon laki-laki disebelahnya itu dengan bagaimana. Hana membiarkan wajahnya basah karena cipratan air hujan yang masih terus mengguyur tanah Jakarta. Membiarkan keterkejutannya mereda oleh dinginnya bulir air hujan yang menerpa wajahnya.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang