• 23∆ : The Boy's •

480 127 204
                                    

Ni panjang bgt gais ya ampun.
4280 kata.
Terpanjang dlm aku nulis cerita di buku ini. Karena kaya mau dibagi jadi dua tp nanggung, mending sekalian aja.

Semoga tidak membosankan deh ya.

Vote, comment, and share.

•°•°•°•°•

Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali dia bertemu pria itu. Banyak yang ia rindukan dari sosok yang ada di hadapannya saat ini. Namun tidak banyak yang bisa terucap, hanya keheningan dan ucapan tanpa kata yang tersirat dari tatapan matanya.

"Kamu mau ngomong sesuatu, Jae?" Hana mengangkat tangannya yang sebelah kiri, untuk melihat jam di pergelangannya. Memastikan bahwa aman baginya dan Jaehyun untuk berbincang sebentar, sebelum Doyoung datang untuk menjemput dia.

"Hana, kamu masih belum inget?"

Perempuan itu mengernyit bingung sambil membenarkan letak tali tas gembloknya, "Inget apa?" Hana bertanya bingung.

Jaehyun menggenggam kedua tangan Hana, perempuan itu langsung terkejut dan segera melihat sekitarnya. Setidaknya mereka ada di tempat terbuka sekarang, di pendopo yang terletak di tengah-tengah taman yang membatasi Fakultas Biologi dengan Fakultas Kedokteran. Dan Hana harap, pemuda di hadapannya ini tidak akan berbuat nekat lagi.

"Han, kamu harus inget tentang kita. Kita yang dulu, Han." Jaehyun berucap lirih.

"Gak ada yang perlu diinget, Jaehyun. Gak ada hal bagus yang perlu diinget dari masa lalu kita." Hana mencoba memutar tangannya agar terlepas dari genggaman Jaehyun, "--bahkan sekarang aku bersyukur kalo semua ingatan itu terhapus dari memori aku."

Jaehyun kembali menarik tangan Hana, kali ini menggenggamnya lebih kencang. "Kalo memang semua tentang kita gak pantes buat kamu inget, tapi kamu harus inget tentang dia." Pria itu menarik nafasnya perlahan, air mukanya berubah menjadi sendu dan penuh kesedihan. "--kamu harus inget kalo ada satu hal yang sangat kamu sayang di dunia ini. Bukan aku. Tapi satu hal yang mereka renggut dari kita. Satu-satunya dunia yang kita punya."

"Aku gak ngerti, Jae." Hana meringis merasakan pergelangan tangannya yang terasa perih saat ia mencoba terus memberontak.

"We've lost Jeje."

Perempuan itu terdiam, tidak lagi berusaha melepaskan diri dari Jaehyun. Kerutan di dahinya sangat ketara kalau ia tidak suka, bahkan hatinya ikut terasa berdenyut perih. Ada sesuatu di dalam diri Hana yang tidak ia ketahui apa sebabnya, tapi Hana tidak suka efek yang muncul akibat itu.

"Aku gak suka ya kamu ngomong gitu." Nada suara Hana berubah, dingin.

Jaehyun menarik sudut bibirnya tipis. "Remember?" Tanyanya pelan, hampir menyerupai bisikan.

"I don't know who is it." Hana menggeleng tegas, "--but don't you dare to talk about that to me!"

"Kenapa? Dia Jejenya kita, Han. Kenapa aku gak boleh ngomongin dia?"

Perempuan itu berdiri dan langsung menyentak Jaehyun, "Aku gak kenal Jeje!" Banyak mahasiswa yang langsung menoleh kearah mereka dengan pandangan heran karena mendengar bentakan Hana.

Ya, sejak kapan pasangan sempurna itu terlihat berkelahi di depan umum? Padahal mereka tidak tahu bahwa sudah tidak ada hubungan lagi diantara keduanya.

Hana beranjak pergi tanpa memperdulikan pandangan yang menghakimi kearahnya, namun Jaehyun segera menahan lalu menarik tubuh kecil itu. Nafas Hana mulai tidak beraturan, kepalanya merasakan pening yang luar biasa. Saat ia memejamkan mata, rasanya seperti ada sebuah tayangan dari TV rusak yang terus menerus berganti gambar hitam dan putih.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang