• 22∆ : Letter from the Past •

424 146 176
                                    

Vote, comment, and share

•°•°•

Keduanya menghela nafas panjang, ketegangan masih terasa di antara mereka. Keheningan tersebut bahkan membuat suara hembusan angin terdengar sangat kencang. Pria dengan kaus hitam itu menunduk sambil memejamkan matanya, kemarahan yang sudah tergantikan oleh rasa kasihan dan ingin melindungi itu semakin menyesakkan dadanya.

"Dia trauma dengan hal-hal itu." Pria berkemeja hitam di sisinya mengucap, "Emang gak keliatan, tapi reaksi takut, ragu-ragu dan rasa pusing yang berat sesudahnya, itu udah nunjukin segalanya."

"Maksudnya, sesudah dia berkontak langsung dengan hal-hal pemicu traumanya?"

Johnny mengangguk singkat sebagai jawaban. "Tapi kenapa kalian tetep biarin Jaehyun sama Hana? Dia kan salah satu pemicunya."

Doyoung memandang kakak iparnya dengan tatapan yang sangat menuntut, dia terlihat clueless. Johnny tertawa kecil, bahkan dia juga masih tidak mengerti. Sebuah kejadian yang tidak masuk akal baginya.

"Jaehyun itu pengecualian."

"Hana kembali menjadi Hana yang kami kenal, ketika dia sama Jaehyun. Begitu juga sebaliknya." Pria itu menyesap kopinya yang sudah mulai dingin, "––kami gak bisa misahin mereka, walaupun rasa benci kami ke Jaehyun begitu besar."

Johnny mengulurkan tangannya lalu menepuk pundak Doyoung, "Tapi setelah kami ketemu lo buat pertama kali, dan tanpa disangka niat baik lo buat meminang Hana, kami harap semuanya bisa berubah."

"Keluarga kami sangat percaya sama lo, Dhim."

Doyoung memijat keningnya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah ini. Dia tidak tahu harus bersikap apa ketika bertemu tatap dengan istrinya, setelah mengetahui semua kenangan pahit yang telah dilalui. Itu mengingatkannya pada pertemuan mereka untuk pertama kali, dimana saat itu Hana terlihat tidak nyaman dan tatapan mata yang terlihat takut ketika bersalaman dengannya.

"Bang Johnny!"

Kedua pria itu langsung menoleh pada pintu kaca geser yang menghubungkan ruangan dalam dengan halaman kolam renang samping. Hana dengan senyum lebarnya berlari kecil menghampiri Johnny lalu memeluk kakak laki-laki satu-satunya.

Johnny melepaskan pelukan terlebih dahulu, tangannya mengarah pada kening Hana. "Katanya lo sakit, mana? Ini keliatan sehat." Katanya.

"Udah sembuh, udah sembuh."

"Alah, bilang aja mau bolos matkul lo!"

"Su'udzon ih si abang!" Hana mendorong Johnny pelan.

Doyoung menundukkan kepala dengan kedua sikunya yang bertumpu pada kedua lutut.

"Dhimas?" Hana berjongkok di hadapan Doyoung, "Kamu udah sarapan?"

Pria itu mengerjap terkejut, kepalanya dengan kaku mengangguk. "Udah." Jawabnya singkat.

Doyoung tiba-tiba berdiri membuat Hana dengan segera ikut berdiri. "Aku mau ke kamar dulu." Katanya, "Permisi bang."

Hana mengernyit bingung melihat wajah suaminya yang terasa tidak enak dipandang, tapi kemudian dia mengangkat bahunya maklum. Mungkin masalah pekerjaan, pikirnya.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang