• 21∆: Wound •

452 144 199
                                    

Rekomendasi:
Now on playlist
How can I Love the Heartbreak, You're the One I Love
——AKMU

•°•°•

Selesai membersihkan diri dan sholat subuh, Hana kembali merebahkan diri di ranjangnya. Kepalanya tiba-tiba saja terasa sangat berat dengan suhu tubuh yang meningkat.

Doyoung masuk kedalam kamar dengan membawa air hangat. Membangunkan Hana dan membantunya untuk duduk meminum sedikit airnya.

Saat Hana ingin kembali merebahkan tubuh, punggungnya ditahan oleh Doyoung. "Rambut kamu basah, Na. Nanti kalo lembab emang gak bau?" Tanyanya.

"Aku males ngeringin, pusing." Hana menghela nafas lalu memejamkan mata dengan badan yang masih terduduk.

"Ya udah, tunggu." Doyoung berdiri, "––jangan tiduran dulu."

Pria itu menuju ke tempat Hana menaruh barang-barang khusus wanita miliknya, dia mengambil hairdryer dan mencolok ke stopkontak di dekat ranjang. Di tangan Doyoung sudah ada sisir dan pengering rambut, dia berdiri di pinggir ranjang untuk menyuruh Hana mendekat kearahnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Sini cepet."

"Emang bisa?"

"Kamu meragukan aku?"

"Iya lah!"

Doyoung berdecak, "Sini Hana. Aku bisa kok."

Hana masih malu. Sangat malu. Sejujurnya dia dalam fase tidak bisa menatap dan dekat-dekat dengan suaminya tersebut. Masih teringat apa yang baru saja dilakukan oleh mereka berdua.

"Gak usah, gak usah." Tangannya melambai lalu mulai merebahkan tubuh, "Aku mau tidur."

"Eits." Doyoung dengan gerakan cepat kembali menahan kedua bahu Hana agar tetap pada posisinya.

"Nurut kenapa sih."

Perempuan itu memanyunkan bibirnya, "Iya iya." Jawab Hana sambil menyeret tubuh agar mendekat kearah Doyoung.

Dia berbalik membelakangi suaminya itu, Doyoung menyalakan alatnya dan mulai melakukan tugasnya.

"Rambut kamu panjang juga ya, Na."

"Kamu mau aku potong rambut?"

Pria itu tetap menggeleng, walaupun tidak dapat dilihat oleh Hana. "Enggak kok, kamu mah mau botak pun kayanya tetep cantik." Sahutnya dengan nada polos.

Tidak bermaksud menggoda sama sekali.

Tapi mana sempat, Hana keburu memerah pipinya. "Udah kamu diem aja, gak usah ngomong." Katanya menahan senyum.

Dia tidak menyahut, sibuk pada rambut Hana dan berakhir hanya menganggukkan kepala tanpa benar-benar mendengar balasan Hana.

Saat mereka saling diam dan hanya terdengar suara dari mesin pengering rambut, pikiran Hana mulai berkelana jauh. Dia seperti sudah melakukan suatu hal yang sama sebelumnya. Hal yang dia lakukan bersama suaminya tersebut.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang