• 27∆ : Turn Back Time •

310 82 169
                                    

Walaupun part sebelumnya blm target, tp yaudahlah biarin.

Btw, rate cover baru dong bun xixi

Ramein ya

•°•°•°•°•°•°•°•°•

Pagi ini sedikit berbeda, seluruh tubuh Hana terasa sangat remuk. Dia sendiri tidak tahu mengapa, sudah beberapa hari belakangan dia merasakan seperti ini. Perempuan itu merenggangkan tubuhnya di dekat kolam renang. Suasana sejuk dari halaman samping ini memang menjadi tempat pelarian Hana dari kondisi tubuhnya yang sedang naik dan turun.

“Hanaaa ...” panggilan Dhimas mengalun dari arah kamar, pria itu datang menghampiri Hana dan memeluknya dari belakang.

Take off jam 8 'kan? Sana siap-siap berangkat.” Hana menggerakan tubuhnya agar terlepas dari pelukan Dhimas. Dia merasa tidak nyaman dipeluk seperti itu.

“Ih? Kenapa gak mau dipeluk? Emang yakin gak bakal kangen kalo aku tinggal tiga minggu?” Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada sambil mengangkat dagu menantang.

“Parfum kamu aneh baunya,” jawab Hana sambil mendorong Dhimas untuk menjauh.

“Hah?” Dhimas mencium kemejanya sendiri untuk memastikan. “Ini parfum yang biasa padahal.”

“Nanti balik dari Jogja, ganti parfum ya.”

Pria itu berdecak sambil memutar bola matanya kesal. “Ya udah, iya iya,” jawabnya sambil menganggukkan kepala untuk mengalah.

Hana kembali masuk kedalam rumah dan memeriksa kembali barang bawaan didalam dua koper besar dan satu tas punggung berukuran sedang yang Dhimas gunakan. Memastikan barang yang biasa digunakan oleh suaminya tersebut sudah aman dan tidak tertinggal satupun.

“Mas, cas laptop sama hpnya mana?” tanya Hana sambil mengobrak-abrik isi ransel tersebut.

“Ini ada di kamar, bentar,” sahut Dhimas sambil berteriak dari arah kamar.

Memastikan dua barang penting itu sudah aman, Hana beralih untuk memeriksa koper besar di sebelahnya. Saat dia membuka sandi koper tersebut, mata Hana langsung melotot terkejut. Tangannya meraih sebuah benda yang terbilang menggemaskan baginya.

“Dhimas, kok boneka aku ada di koper?!" Hana berseru tidak percaya.

Suara pintu kamar yang ditutup dan langkah kaki mendekat membuat Hana menoleh. Menatap sang oknum dengan tatapan yang menyelidik. Masalahnya, buat apa Dhimas membawa boneka beruang kecil miliknya yang berwarna coklat kedalam koper?

“Sengaja,” katanya, “bonekanya wangi kayak kamu. Itung-itung kalo kangen bisa nyium bau kamu.”

Hana bergedik ngeri. “Idih, mesum,” sahutnya sambil meringis.

“Lah kok mesum?”

“Iyalah mesum. Kamu kayak pedofil terhadap boneka.”

Dhimas langsung mengerjap bingung kepada Hana yang sudah kembali sibuk dengan kegiatannya. Setelah menyadari apa maksud dari omongan sang istri, Dhimas langsung memiting leher Hana sambil mengusak rambutnya dengan gemas.

“Astaghfirullah! punya istri kok ngaco banget pikirannya!” serunya dengan gemas.

“Aduh lepas! Ini rambut aku kusut nanti!” Selain itu, Hana juga merasa sesak dipiting oleh tenaga laki-laki dewasa. Alhasil, dengan sekuat tenaga dia menarik tangan Dhimas untuk menjauh dan langsung menggeser tubuh agar tidak berada di dekat pria itu.

“Dasar! Tidak berperikeistrian!” gerutu Hana dengan wajah memerah kehabisan napas. Tatapannya memicing menatap suaminya tersebut yang hanya tertawa puas.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang