• 25∆ : Fear •

398 105 96
                                    

Sumpah, lama banget gak sih?

Coba sini, mana yang nungguin dah? Ada ga?

•°•°•

Angin malam yang berhembus pelan menyapu permukaan wajah wanita tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin malam yang berhembus pelan menyapu permukaan wajah wanita tersebut. Dia menatap kosong ke sisi kanan, di mana terdapat pemandangan lalu lalang kendaraan yang terlihat dari lantai dua balkon sebuah restoran cepat saji.

Rambutnya yang tergerai seakan-akan melambai tertiup angin. Dia menerawang kosong, mendongak menatap langit malam yang terlihat gelap tanpa bintang.

"Hana, jangan dipikirin lagi," permukaan kulit yang terasa dingin itu menghangat, kala bersentuhan dengan telapak tangan Doyoung yang mengusap punggung tangannya lembut.

"Tapi aku jahat banget gak pernah ngunjungin makamnya dari awal," wanita itu membuka suara dengan nada lirih.

Doyoung menggeleng lalu tersenyum tipis, "Itu bukan kehendak kamu, Na. Emang udah takdirnya kayak gitu. Berhenti nyalahin diri kamu sendiri."

Hana hanya diam tidak menyahuti, sedangkan pria itu menghela nafas maklum lalu mendorong sepiring ayam ke arahnya.

"Makan dulu ya, kamu dari siang belum makan," katanya.

"Makamnya Jeje cantik banget, siapa ya yang ngurusin selama ini?" Hana bergumam sambil memotong beberapa bagian ayamnya.

"Aku," Doyoung menyahut, "semenjak aku tau itu semua, aku langsung minta alamatnya sama Bang John, dan aku rapihin lagi."

Sepasang netra sejernih telaga itu menatap lembut pada sang tuan, "Makasih," Hana bergumam.

"Iya, sama-sama, sayang."

Doyoung hanya memperhatikan istrinya yang makan dengan lahap, walaupun hanya bermodalkan jus alpukat, melihat Hana yang seperti ini saja sudah membuatnya kenyang duluan. Kepala pria itu menoleh, melihat ke bawah tepat pada jejeran parkiran mobil serta jalan raya yang dapat dilihat dari atas.

Mata kecilnya tiba-tiba menyipit, mencoba untuk menajamkan penglihatan. Tangannya bergerak membetulkan letak kacamata yang sedang ia pakai saat ini.

Bangsat

"Aku ke toilet bentar," Doyoung mengusap punggung tangan wanita tersebut dan segera beranjak.

Pria itu bergerak cepat menapaki anak tangga restoran dan membuka pintu dengan kasar. Tidak, dia tidak benar-benar izin ke toilet. Tapi dia menghampiri sosok pria yang sangat ingin ia hancurkan wajah tampannya saat ini juga.

"Ngapain?"

Di bagian parkiran mobil paling pojok, tepat di mana mobil Doyoung berada. Kedua pria itu saling berdiri berhadapan dengan jarak satu meter. Kilatan amarah terpancar dari masing-masing pemilik bola mata indah tersebut.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang