• 4∆ : Prepare •

635 277 438
                                    

Sepanjang kelas berlangsung tadi, aku selalu memikirkan perkataan Doyoung semalam. Aku tidak mau membuat ayah pergi dengan tidak tenang. Karena melihat aku menikah dan bahagia adalah cita-citanya.

Yah... Tapi jika dengan orang yang tidak aku sukai apa akan disebut bahagia?

Hari ini aku tidak membawa kendaraan, tidak juga dijemput oleh Jaehyun maupun Johnny. Tidak ingin menggangu kedua orang itu.

Niatnya ingin memesan ojek online di halte depan.

Omong-omong, aku belum dapat kabar dari orang rumah sakit. Tidak tahu apakah ayah sudah siuman atau belum.

Sedang asik melamun, tubuhku berjengit terkejut saat mendengar suara klakson mobil dari sampingku. Dengan wajah kesal aku menoleh, melihat mobil sedan hitam yang berhenti kemudian menurunkan kaca mobilnya.

Mata ku melotot terkejut melihat orang yang ada didalamnya.

"Doyoung?"

"Masuk, Na." Katanya.

"Lo... Kok bisa disini?"

Dia terdiam terlihat berpikir, namun kemudian berkata, "Ayo ke rumah sakit. Mumpung masih jam besuk."

Belum sempat aku menjawab, Doyoung kembali berbicara.

"Ayah kamu udah sadar."

O-oh?!

Tanpa basa-basi aku langsung memasuki mobilnya. Sedikit menyesal, seharusnya aku tetap menaiki ojek online. Didalam mobil berdua dengan Doyoung adalah hal yang buruk.

Kami berdua sama-sama canggung. Atmosfernya tidak menyenangkan.

"Saya kira kamu sama bang Johnny atau... Jaehyun?"

"Hah?"

Kenapa jadi bawa-bawa Jaehyun?

"Biasanya... Kamu, Jaehyun, selalu bareng."

Aku menggeleng, "Dia harus fokus sama skripsinya, gue gak mau terus-terusan ganggu."

Aku melirik dengan ujung mataku, melihat Doyoung yang menganggukan kepalanya samar.

Setelahnya kembali canggung sampai kami dirumah sakit. Aku berjalan cepat meninggalkan Doyoung di belakang. Ayah ku masih ada di ruang ICU untuk pengawasan yang lebih ketat walaupun sudah sadar.

Aku hendak membuka knop sebelum akhirnya tangan Doyoung berada di atas tangan ku. Menahan.

"Saya boleh ikut masuk?"

Aku mendongak melihatnya dalam jarak yang lumayan dekat, sedikit tertegun ketika menatap matanya. Namun seketika aku berdeham lalu mengerjap beberapa kali membuat Doyoung mengangkat tangannya.

"I-iya, boleh."

Aku langsung membuka pintu, memakai beberapa APD khusus diikuti dengan Doyoung.

Saat memasuki ruangan Ayah, aku lihat beliau sedang terjaga sambil menatap langit-langit kamarnya. Suara bising mesin mesin yang ada disana sedikit mengganggu ku.

"Ayah?"

Ayah menoleh, tampak terkejut dan kemudian tersenyum. Tangan lemahnya melambai menyuruhku mendekat.

"Ada yang sakit ga, yah? Ayah mau apa?" Kata ku sambil mendekat kearahnya. Menggenggam tangannya dengan kedua tangan ku.

"Kalian berdua baik-baik aja kan?"

Aku terdiam, ayah menatap aku dan Doyoung bergantian.

"Kami baik, om." Aku tidak kunjung menjawab, hingga Doyoung yang menggantikan.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang