• 7∆ : Belong To Me •

611 266 415
                                    

Friends, kalo kalian suka cerita ini, mungkin bisa bantu promosikan ke teman-teman rl nya :")

Terimakasih ^^

•°•°•°•

"Na, are you okay?"

"Yeah... i'm good."

"You don't have to go."

"Yes, i have to."

Doyoung mengulum bibirnya sambil menatap Hana yang sedang melahap roti selai kacang. Lelaki itu memperhatikan Hana dengan seksama, penampilannya hari ini tampak seperti biasanya.

Hana menutupinya dengan baik.

Sudah lewat hari ketujuh kematian ayahnya, dan Hana baru bisa kembali beraktivitas seperti biasanya. Sebenarnya tidak juga, sehari setelah itu pun Hana sudah kembali beraktivitas, hanya saja saat ini dia merasa... Lebih seperti hidup kembali.

Rasanya seperti terlalu lama bersedih akan membuat dia gila. Dan tidak seharusnya seperti itu.

Because, people come and people go.

"Ke mobil, saya antar." Ucap Doyoung lalu segera berbalik meninggalkan dapur.

Hana tidak sempat membalas dan hanya menghela nafasnya panjang. Saat suapan terakhir sudah masuk ke dalam mulutnya, ponsel Hana berbunyi.

Dia meneguk sedikit air putih sambil mengecek ponselnya, lalu berjalan ke depan sambil membalas pesan dari seseorang.

Jae🖤
|Morning
|Ada kelas?
07.11

Morning too|
Iya nih, jam 8|
07.11

|Do you want me to pick you up?
07.11

No, thanks|
Aku udah sama doyoung|
07.12

|Oh, oke
|Take care
|And see you there♥️
07.12

Ya|
See you <3|
07.12

Hana menyimpan kembali ponselnya dan menatap jalanan yang ia lalui dalam diam. Tidak ada suara radio, tidak ada suara dia dan Doyoung. Hanya hening.

Ngomong-ngomong tentang Doyoung, dan betapa beraninya Hana menyebut nama lelaki itu tadi saat berkirim pesan dengan Jaehyun, itu karena Johnny sudah bercerita kejadian malam itu.

Malam dimana Jaehyun dengan bodohnya percaya bahwa Doyoung adalah sepupunya.

Hana rasanya ingin tertawa kencang sekali. Tidak bisakah dia menikahi Jaehyun juga? Atau kalau dia adalah perempuan yang tidak beradab, bisakah dia menceraikan Doyoung? Ya karena, ayahnya sudah tidak ada sekarang.

Tapi tidak, Hana masih waras, berakal, dan mempunyai agama. Tidak mungkin dia melakukan itu.

"Lusa kamu libur?"

Hana mengangguk.

"Kita pindah ya?"

Hana menoleh cepat kearah Doyoung, "Saya udah punya rumah sendiri." Tambahnya.

Perempuan itu terdiam masih dengan menatap Doyoung dari samping. Sedangkan lelaki itu masih setia menunggu jawaban Hana.

"Tapi mama nanti sendiri." Sahutnya lirih.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang