17┆LOSE THIS TIME

1.5K 222 11
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.


Chap 17 •
____________

Ketukkan meja terdengar tak sabar, mengejar denting jam setiap detik. Mengabaikan ujung kukunya yang mulai terasa lelah. Ia sudah menunggu lima menit, tapi yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ia sebal, jika sudah lebih dari sepuluh menit, kakinya akan ia giring keluar caffe.

Tersisa tiga menit sebelum niatnya terlaksana, guna mengalihkan perasaan tak sabarannya, ia mencoba untuk membuka pesan. Beberapa dari rekan bisnis, kantor, dan karyawannya. Dengusan pelan terdengar, sesampainya di kantor nanti, ia akan omeli habis-habisan si memble itu. Sudah diberi tugas masih saja ada yang terlewat. Meskipun sesungguhnya dirinya lah yang tak sabaran. Memang pekerjaannya mengalir bagaikan air. Jadi waktu singkat tak bisa langsung menyelesaikan pekerjaan.

Jarinya ia geserkan pelan, menampilkan beberapa status dari akun yang disimpan. Matanya menatap tajam, kontak yang menempati tempat pertama itu adalah milik orang yang ia tunggu. Dan itu diperbarui lima menit lalu.

Dalam hati ia mengumpat kesal, bisa-bisanya disini ditunggu malah sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya, cih. Ia tahu karena ada simbol hati di captionnya.

Daripada berpanas hati, ia meminum minumanya yang sudah mulai mengembun.

Tersisa sepuluh detik lagi, oke tanpa menunggu lebih lama lagi, ia putuskan untuk pergi.

Langkahnya begitu tegas, tatapannya begitu tajam, bahkan pada orang yang tak sengaja bersitatap dengannya.

Kring.

Padahal hanya tersisa satu langkah, tapi oknum yang telah mengecewakannya malah datang. Dengan wajah bersalah ia mengucapkan maaf.

"Percuma datang." Sindiran keras dilontarkan. "Aku pergi." Tapi dengan lancang tangannya ditahan.

"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu menunggu."

"Panggil aku dengan hormat! Aku bukan temanmu." Nadanya masih begitu sinis, cekalan ditangan ia hempaskan.

"Renjun, aku mohon."

"Diam, aku muak melihatmu." Langkah yang sempat tertunda ia lanjutkan. Masuk ke kursi belakang, lalu menyuruh sopir untuk melaju. Meninggalkan sosok yang telah mengecewakannya. Padahal bukan ini yang ia harapkan.

Dahinya hampir terantuk karena tiba-tiba ada mobil yang menghalangi jalan.

"Abaikan." Renjun memerintah. Si sopir mengangguk patuh.

"Renjun, kumohon." Membuang muka saat orang si penghalang jalan menepuk-nepuk kaca mobilnya.

"Abaikan." Renjun kembali memerintah ke pak sopir.

"Pak, saya takut dia tertabrak." Si sopir menoleh ke Renjun.

"Dasar keras kepala." Renjun mendesis. "Kau kembali saja, aku akan menemuinya."

"Baik pak."

Mobilnya sudah dibawa pergi, Renjun kini berdiri di depan Jeno.

"Terimakasih." Sekali lagi lancang, memeluk tubuh bossnya dengan erat.

"Kau bau keringat."

"Ah, maaf. Ingin kembali ke cafe?" tanyanya berusaha membujuk.

"Ke apartku."

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang