24┆ASK for HELP

1.4K 181 9
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.

Chap 24 •
___________

Jeno yang bersembunyi dipertigaan menghela nafas pelan, beruntung Renjun memanggil sebelum Jaemin berjalan mendekat ke tempatnya sekarang.

Pria jakung itu meringis, sudut bibirnya terasa perih. Lukanya kembali terbuka. Juga perutnya yang semakin terasa perih akibat pukulan dari Jaemin ditambah Hyunjin.

"Uhuk uhuk." Jeno menutup mulutnya, setelah tangannya dijauhkan ia menatap pilu. Cairan merah pekat menghiasi telapaknya. "Seharusnya hanya luka biasa."

"Tapi dari kemarin terus-terusan keluar."




☕☕☕




Tiga hari berlalu, Renjun sudah boleh pulang dan Jaemin menemani dengan senang hati sampai ke rumah.

"Hati-hati," titah Jaemin sambil menuntun Renjun keluar taksi.

"Kau benar tinggal sendirian di rumah sebesar ini?" tanyanya bingung sekaligus kagum. Deskripsi rumah yang pernah diceritakan ternyata memang benar, besar seperti istana dan itu hanya ditinggal pria Huang seorang?

"Hu'um." Renjun mengangguk pelan.

"Sekarang ini Renjun atau Injun?" Jaemin mencoba memastikan. Karena jika itu Renjun yang dikenalnya, lebih terkenal dingin dan dewasa. Tapi saat ini nampak seperti campuran keduanya. Wajah Renjun tanpa polesan dan anggukan polos membuat Jaemin ragu.

"Eh, Renjun siapa kak?"

Jaemin memilih tak menjawab. Terus memapah Injun untuk masuk dan duduk di sofa setelah disapa oleh beberapa maid yang menanyakan kabar.

"Kak Jaemin habis ini mau langsung pulang?" tanya si mungil yang sebenarnya enggan jika Jaemin mengatakan iya.

"Memang boleh?"

"Kan aku tanya."

"Iya aku akan pulang setelah mendapat ijin."

"Dari siapa?"

Jaemin malah mengangkat bahu. "Kau lapar?"

"Engga."

Kruyuk.

"Dasar." Jaemin menyentil jidat Injun membuat si empu merengut.

"Memang benar kok, cuman perutku yang ingin mencari perhatian," elak Injun.

"Iya ya, ayo tunjukkan dimana dapurnya." Jaemin berdiri sambil melihat sekitar, ruang tamu saja seperti aula.

"Biarin maid saja, Kak Jaemin ikut ke kamar yuk."

"Ke kamar mau apa?"

"Eum, mandi? Uh badanku lengket."

"Bersama?" Jaemin terkekeh melihat perubahan warna pipi Injun. Padahal saat menjadi Renjun, dia dululah yang akan menggoda Jaemin.

"Bagaimana? Aku bisa membantumu menggosok punggung atau," Jaemin sengaja menggantungkan kalimat, membiarkan pipi Injun semakin memerah seperti kepiting rebus. Entah apa yang dipikirkan si mungil.

"Kak Jaemin!" Injun menatap sebal dengan kakinya menapak kasar.

"Apa? Aku hanya menawarkan bantuan, kau saja yang─"

"Menyebalkan, aku mandi duluan."

Jaemin menatap punggung sempit yang menjauh. Tapi dia tidak akan membiarkan begitu saja, dalam hati misinya untuk menggoda pria Huang itu belum selesai.

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang