22 ┆FIND OUT

1.6K 217 8
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.

Chap 22 •
____________

Padahal baru saja keluar dari ruangan yang dipenuhi bau obat-obatan. Tapi rasanya kaki jenjangnya ingin segera kembali saja. Menanti si pujaan hati yang tengah tak sadarkan diri dengan beberapa alat di tubuhnya.

Helaan nafas berat mengalun pasrah. Seharusnya ia tahu jika suatu saat ini akan terjadi. Bukan keinginannya untuk membuat suasana memburuk. Tapi keadaan lah yang seakan mendorongnya untuk melakukannya. Perasaannya ini tak main-main, hampir empat tahun dirinya sudah menjalin hubungan lebih, tidak hanya sekedar tentang pekerjaan kantor. Tapi tentang ikatan yang tak tahu akan dibawa kemana.

Yang dirinya tahu, hubungannya antara bosnya itu seperti simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Namun jikalau suatu hari ada yang ingin memutuskan untuk berpaling, tidak akan ada hak paten untuk melarangnya.

Tapi yang dirasakannya sampai saat ini berbeda. Ia menyukai, menyayangi lebih dari sekedar itu.

Maka dari itu kalau ada orang asing yang berani mengganggu, ia akan bertindak.

Hah.

Kepalanya dilanda pusing. Semuanya sudah terjadi, ia terlambat.




☕☕☕




"Uh." Kelopak matanya terbuka perlahan. Beradaptasi dengan cahaya lampu. Mengedarkan pandangannya pada sekitar yang bisa ia lihat. "Rumah sakit? Siapa yang membawaku kemari?"

Badannya dibawa untuk duduk. Sakit akibat pukulan dari pria Lee tak parah sebenarnya. Hanya tenaganya yang terbuang tanpa sisa.

Jaemin tak terlalu suka bau obat-obatan. Jadi ia memutuskan untuk keluar ruangan.

Sepi, mungkin ini sudah masuk tengah malam.

Tujuannya sekarang tak tahu mau kemana, hanya ingin mencari udara segar.

"Dingin." Jaemin spontan memeluk tubuhnya. Tak sampai diujung koridor, langkahnya harus terhenti karena seseorang yang baru saja keluar dari ruangan. Jaemin menatap tajam. Berbeda dengan orang di depannya yang menatap bingung.

"Kamar siapa itu?" tanya Jaemin penuh selidik.

"Bukan urusanmu."

Jaemin mendecih. Ia menyingkirkan tubuh bongsor pria itu dari depan pintu.

"Aneh." Batin Jaemin bingung, seharusnya Jeno menahannya untuk tidak masuk. Tapi kenapa malah seperti dengan senang hati mengijinkan, berbeda dengan ucapan sinisnya tadi.

"Renjun," ujar Jaemin lirih. Keadaan Renjun sekarang tak jauh berbeda dengan dirinya tadi saat di kamar. Namun sekarang tak lagi, ia sudah sadar dan bisa berjalan. Tapi Renjun masih menutup mata dengan gerakan dadanya yang naik turun secara beraturan.

"Hei, bangun." Mendudukkan diri di kursi dekat kasur. Lalu diraihnya tangan mungil yang terdapat infus. "Maaf ya, karena aku kau jadi seperti ini." Menyesal karena tak dapat melindungi, namun malah dirinya yang dilindungi.

"Dokter bilang apa."

"Jen."

"Oh, kau bicara denganku." Jeno yang sedari tadi memperhatikan dari bingkai pintu kini membuka suara.

"Dokter bilang apa."

"Hanya butuh istirahat."

"Terdengar meragukan."

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang