25┆REVENGE

1.3K 186 12
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.

Chap 25 •
___________

[Jaemin terdiam. Kemudian tiba-tiba ada hal yang mendarat dikepalanya. Mengenai kejadian dua hari lalu jika Injun itu─]

Ini mengenai kejadian dua hari lalu sesuai potongan paragraf diatas, terdapat pada chapter sebelumnya.

Dimana Jaemin saat sedang bermalas ria di kasur yang belum dibersihkan sejak pagi karena terlalu malas. Hanya di bersihkan bagian yang sekiranya kotor, itupun dengan tangan. Menyandarkan punggungnya di headboard sambil meng-scroll sosial medianya yang jarang sekali dibuka. Seringnya hanya media chat jika ada yang mengirim pesan, jika tidak pun Jaemin memilih untuk mengabaikan ponselnya di nakas sampai baterainya berkurang perlahan.

Ting!

Pergerakan jemarinya terhenti saat papan notifikasi muncul.

"Jeno?" Bingung, sebab pria Lee itu mengiriminya rekaman suara. "Haruskah kubuka?"

Ditunda dulu sambil kembali memainkan sosial medianya, sampai hatinya siap dengan gemuruh aneh yang tiba-tiba saja muncul.



☕☕☕



Tok...tok...tok.

Pria dengan setelan formal pekerja kantoran mengetukkan pintu apartement seseorang. Tidak perlu menunggu lama, pemiliknya sudah membuka pintu, sepertinya baru saja mandi karena surai basah dengan handuk kecil dipundak, kaos oblong dan boxer telah menjelaskan.

"Boleh aku masuk?" tanya Renjun karena Jeno terus-terusan memandangi dengan raut bingung.

"Silahkan." Jeno menyisihkan badannya dari bingkai pintu.

Setelah Renjun masuk, pintu ditutup kembali.

"Akan kubuatkan minum." Renjun ingin menahan, tapi Jeno terlanjur pergi ke dapur.

"Terimakasih," ujar Renjun saat Jeno datang dengan segelas teh hangat, handuk kecil yang bertengger juga sudah hilang dan kaos oblongnya diganti kaos berlengan.

Jeno berdehem, ikut duduk di dekat Renjun tapi dengan space yang kentara sekali.

"Ada perlu apa kemari?" Setelah bertanya, Jeno tiba-tiba berlari ke dalam, membuat simbol tanda tanya muncul di kepala Renjun.

"Maaf."

"Tidak apa."

Selanjutnya sunyi, keduanya sibuk sendiri dengan pikiran masing-masing.

"Jika Renjun datang, berarti ada maksud tertentu," batin Jeno dengan tangannya yang merayap di himpitan sofa, terdapat ponselnya di sana, memang perasaannya yang main jika sesuatu hal serius akan terjadi, dan dia memilih untuk menekam tombol rekaman.

"Bisakah aku meminta sesuatu padamu?"

"Jika itu tidak merugikanku, maka akan kulakukan."

Renjun mengangguk paham. "Kau benar tidak menyukai Jaemin, bukan?"

Jeno menatap penuh selidik lalu menjawab, "Y—ya." Anehnya yang keluar dari bibirnya terasa ragu, seperti ada sengatan di dada kirinya saat visual Jaemin terlintas diotaknya.

Benarkah ia?

"Jadi untuk menjauhi Jaemin tidak sulit 'kan? Karena hubunganmu dengan dia pun sudah begitu buruk."

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang