18┆Be DISCOVERED

1.4K 224 6
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.

Chap 18 •
___________

"Tanganmu sudah tidak berguna, kah?" pertanyaan diajukan tanpa melihat ke lawan bicara, ia lebih perhatian pada monitornya yang sedang menampilkan beberapa rentetan huruf dan grafik sebagai penjelas. Sesekali membenarkan letak kacamatanya yang mulai melorot dan hidungnya juga terkadang terasa gatal jika terlalu lama memakai.

"Dua hari berlalu, masih sakit?" Si penanya sedikit mendapat atensi dari lirikkan singkat. Tapi kembali diabaikan. "Aku bertanya."

"Tak wajib bagiku untuk menjawab, jika tak ada kepentingan, pergi lah, aku sibuk."

"Biasanya kau butuh istirahat disela berkerja."

"Oh, buatkan aku kopi kalau begitu." Lagi-lagi mata indah itu kembali terpikat oleh monitor. Yang mencoba mengambil atensi mulai jengah, helaan napas pelan mengalun

"Aku akan suruh OB."

Tak ada balasan cepat.

"Sepertinya ada email yang masuk untukmu." Jeno segera memeriksa ponselnya, benar saja, baru saja email masuk. "Pekerjaan sudah menanti, kau boleh pergi."

"Hyunjin bisa menangani."

Renjun berdecak, pria jakung di depannya mulai menunjukkan keras kepalanya. "Dia juga punya tugas. Dan kuingatkan, yang boleh menyuruhnya hanya aku. Kau tidak punya hak."

"Baik aku mengerti, tapi ingat, Jaemin masih berada digenggamanku." Jemari lentik yang sedari tadi menari apik di atas papan ketik kini mengapung di udara. Lalu kemudian ditarik mendekat ke dadanya. Kedua lengan sudah terlipat apik di sana.

"Aku ragu kau pria tulen."

Meskipun hanya beberapa detik, namun Renjun dapat menangkap jika rahang pria Lee mengeras.

"Apa maksudmu?"

"Aku sudah mulai menjaga jarak dengan Jaemin, tapi kau belum juga memutuskannya."

Jeno terdiam. Malah berjalan mendekat. Mengelilingi kursi Renjun bolak-balik. Lalu berhenti di sisi kanan, membungkuk guna mensejajarkan wajahnya pada si pria Huang. Menarik dagu Renjun dengan jemarinya.

"Bukankah kau tidak sungguh-sungguh melakukannya? Di sini." Jeno menunjuk tubuh Renjun di mana letak hati berada. "Nama Jaemin masih tersimpan apik. Mata rubahmu mengatakan segalanya."

"Kembali ke ruanganmu, siang nanti kemari."

Jeno tersenyum kemenangan. Ia menegakkan tubuhnya. "Kau ternyata penurut sekali, sama seperti saat di ranjang. Bukankah begitu, Renjun?" Menatap lekat wajah Renjun yang terlihat menahan marah. Tapi tidak mengusik kebahagiaannya, malahan menjadikan berkali-kali lipat. Dirinya senang melihat orang menurut padanya.

"Aku permisi, sampai jumpa siang nanti." Setelah Jeno pergi, Renjun langsung mengobrak-abrikkan berkas di mejanya, tertinggal laptop yang hampir ikut terjungkal di ubin.

Seharusnya Renjun bisa membalikkan keadaan. Hanya kemarin ia kalah, tapi tidak untuk kali ini. Iya, itu yang ada dipikirannya. Saat itu.

Tapi semakin ke sini, Renjun mulai menyadari ada sisi Jeno yang tak pernah ditunjukkan sebelumnya. Selama ini yang ia tahu, Lee Jeno adalah bawahannya yang begitu memujanya, mudahnya dikatakan budak cinta. Jeno menuruti semua perkataannya, bahkan selalu berusaha membuat Renjun untuk tidak marah. Saking takutnya Jeno.

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang