19┆HUGGING

1.7K 214 52
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis (◍•ᴗ<◍)♡

.
.
.
*Happy Reading*
.
.
☕☕☕
.
.
.

Chap 19 •
__________

Jemarinya dengan cepat menekan tombol panggilan saat nama kontak ditemukan. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan Jaemin sengaja melakukan keterlambatan dalam memberi tahu, bahkan dalam lubuk hati yang paling dalam, ia tak ingin memberitahu. Berniat untuk pergi tanpa jejak. Rasa kecewanya sudah menyebar ke seluruh jiwa. Ia sakit. Mereka pikir hatinya adalah sebuah benda mati yang pantas dimainkan.

"Jaemin, kau dimana? Jam berapa ini?" Pertanyaan berturut-turut terdengar di telinganya melalui panggilan telpon.

"Hyunjin, aku ijin tidak masuk."

"Kau sakit? Rumahmu dimana aku akan datang."

"Tidak, sudah itu saja, terimakasih."

Pip.

Jaemin segera menyimpan ponselnya di nakas. Ia tidak sakit secara fisik. Tapi hatinya yang sakit.

Kembali menggelung tubuhnya dengan selimut. Ia seharian memang malas-malasan di kasur. Mengabaikan rasa laparnya.

Sampai pukul lima sore. Jaemin ternyata masuk ke alam mimpi. Berarti makan siang pun tak dilalui.

Jaemin hanya ke dapur saat makan malam. Dan besok terjadi lagi. Memasuki hari ketiga tetap seperti itu. Rasanya seperti tidak ada gairah hidup.

Di lain tempat. Pemuda berseragam yang baru saja keluar dari bus. Menengok jam di pergelengan tangan. Tak langsung pergi dari halte, malah duduk di bangku.

"Biasanya ketemu, tapi kok ini engga, eh dua hari kemarin juga engga kelihatan." Pipinya menggembung sedih. "Apa Kak Jaemin sakit, ya?" Dirinya mulai menerka.

"Aha! Aku ke rumahnya aja." Lelahnya menimba ilmu seharian langsung melebur saat ide itu terlintas. Ia sudah rindu sekali dengan kakak yang sering ia temui saat berangkat maupun pulang.

"Sebentar." Sebelum mengetuk pintu, si Bocah SHS memperbaiki penampilannya. Juga menyemprotkan parfum supaya bau badannya tidak terlalu bau apek. "Nah baru oke." Pujinya saat melihat wajahnya di layar ponsel.

"Kak Jae-"

Blam.

"Loh, kok pintunya ditutup?" tanyanya bingung. Padahal ia sudah terlanjur senang melihat wajah tampan kakak tercintanya. Eh.

Jaemin diam. Padahal bukan si Bocah SHS yang salah, hanya karena parasnya sama, tapi rasanya ia enggan menjumpai.

"Kak Jaemin, aku ada salah, ya?" Berharap Jaemin masih berdiri di dekatnya meskipun terhalang pintu. "Kalau ada aku minta maaf, hiks Kak Jaemin, huee." Bocah sekali memang. Kedua matanya sembab oleh air mata.

"Hiks, Kak Jaemin."

Mendengar rengekan dari luar, membuatnya sadar. Rasanya tak mungkin jika ia terus-terusan tidak percaya jika bocah di luar itu orang yang sama dengan seseorang yang ia coba untuk dihindari.

Kried.

"Jangan menangis, nanti aku dikira melakukan yang aneh-aneh padamu."

Si bocah SHS menggeleng sambil menyeka air matanya. Wajahnya jelek sekali, Jaemin berusaha menahan tawanya.

"Kak Jaemin engga ngapa-ngapain aku, tapi Kak Jaemin ngunciin aku."

Yang lebih tua menghela nafas pelan. "Kenapa kemari?"

He is Dangerous [NoRenMin]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang