6. Pertengaran

50 20 23
                                    

Minta partisipasinya buat vote dong biar semangat.

"Kalo lo khawatir, berarti lo kalah!"

***

Jam kosong.

Lagi-lagi duduk sendirian. Bintang melirik ke kanan dan ke kiri dengan asing. Teman-teman sekelasnya seperti menikmati jamkos, tapi tidak dengan Bintang. Kelasnya tidak seperti dulu. Bintang seperti dimusuhi oleh satu kelas akhir-akhir ini. Bintang menoleh kearah Rehan yang tengah mengobrol dengan Aline, Rehan yang ditoleh langsung sadar kemudian menatap Bintang balik. Seperti mengerti, Rehan berjalan menghampiri Bintang. Sebelumnya, Rehan berbicara terlebih dahulu dengan Aline, sepertinya tengah berpamitan. Melihat kepekaan sahabatnya itu, tentu saja Bintang langsung sumringah.

"Muka lo melas banget anying, kasian gue." Rehan langsung meledek setelah duduk di samping Bintang. Bintang tertawa terbahak diikuti dengan pukulannya ke tangan Rehan.

"Sepi tau, sendirian gak punya temen," ucap Bintang dengan bibir yang menekuk. Secara reflek Bintang bersandar ke bahu Rehan yang duduk di sampingnya.

"Kasian ya," ledek Rehan yang sontak membuat Bintang kembali memukul, kali ini pahanya.

"Kalo sepi gini, gue inget Kak Aidan," ucap Bintang dengan melamun.

"Lo masih sering dikabarin Kak Aidan gak?" tanya Bintang berharap kali ini Rehan mau menjawabnya dengan jujur.

Terus terang Bintang rindu dengan teman Abangnya itu. Aidan seperti kakak kedua bagi Bintang. Oh bukan, lebih! Bintang bahkan tidak bisa membenci Aidan meski ditinggalkan secara tiba-tiba tanpa kabar. Bintang ingin Aidan kembali kemudian menanyakan, kenapa dia pergi begitu saja?

"Udah gue bilang enggak," balas Rehan dengan menoleh kearah lain.

"Gue kangen," tangis Bintang. Kali ini Rehan benar-benar tidak tega. tangan Rehan yang awalnya hanya diam langsung bergerak menepuk-nepuk pundak Bintang memberi semangat. Dari belakang, terlihat Rehan seperti memeluk Bintang karena kepala Bintang yang bersandar pada bahu Rehan.

Bintang terbawa suasana. Matanya reflek tertutup menikmati tepukan dari Rehan. Bintang hampir saja tertidur jika Rehan secara tiba-tiba tidak menjauh darinya dan membuat kepala Bintang hampir menatap kursi karena seseorang yang menarik kasar Rehan.

"LO MASIH INGET TEMPAT GAK?!" Tegur Arkana dengan amarahnya.

"SANTAI BISA GAK?!," tegur balik Rehan.

"Cewek lo lagi nangis di belakang! Lo malah ngehibur cewek lain?!" Seru Arkana masih dengan amarahnya menunjuk kearah Aline yang tengah menghapus air matanya dan menoleh ke arah lain.

Bintang tersentak melihat Aline yang tengah duduk sendirian. Bintang merasa jahat mengingat ia tadi bersandar di bahu Rehan di depan Aline.

Rehan langsung berjalan kearah Aline. Bintang hendak menyusul untuk ikut menjelaskan, akan tetapi Arkana lebih dahulu menarik tangan Bintang.

"Lo mau ngapain? Mau jadi pengganggu lagi?" dengusnya.

"Jaga ucapan lo, ya!" sentak Bintang ikut emosi.

"Terus mau ngapain? Lo harusnya tau diri, Rehan udah punya pacar!"

"Lo kalo gak tau apa-apa diem deh, Ar."

Arkana berdecak.

"Tau apa? Rehan sahabat lo? Tetangga deket?"

"Cukup, Ka!" Rehan ikut menimpali dari belakang.

Arkana kembali berdecak merasa dua sahabat itu sama kerasnya. Ia langsung meraih tangan Bintang dan menariknya. Bintang langsung saja memberontak, teman lainnya hanya menonton dari samping.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang