Part 43, Quotes by Rehan

29 4 18
                                    

"Kalo ada jalan ke depan, kenapa harus kembali ke belakang? Buang- buang waktu. Hidup itu melangkah maju, bukan mundur bung!"

🍃

"WOAAAA....!!!"

"HEHHHH ANJIRR...!!"

Teriakan nyaring dan berat itu langsung terdengar berisik dari luar dan dalam ruangan kamar disusul dengan gebrakan pintu tertutup. Jantung Bintang berpacu dengan kencang dan matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat oleh matanya. Perasaan syok baru saja dialaminya. Dan baru kali ini ia melihat secara langsung laki- laki dengan telanjang dada. Bahkan melihat Adrian bertelanjang dada saja belum pernah. Matanya ternodai!

Nafasnya naik turun. Dan Bintang mengaturnya dengan menarik dan mengeluarkan nafasnya dengan teratur agar dirinya tenang. Setelah dirasa tenang, baru ia mengetuk pintu kamar itu dalam posisi masih membelakangi pintu.

"Udah apa belum?" Teriak Bintang dari luar. Posisinya masih membelakangi pintu dan ia belum berani berbalik badan sebelum mendapatkan jawaban sudah dari sang pemilik kamar. Ia hanya takut jika pintu itu belum sepenuhnya rapat dan hal yang tadi terulang lagi.

"Sabar, Aelah." Balas Rehan kesal ikut berteriak dari dalam kamar. Untung rumah Rehan bisa terbilang sepi karena yang tadi Bintang liat di luar rumah, mobil dari orang tua Rehan tidak ada.

Beberapa menit berlalu, baru terdengar suara pintu yang terbuka. Ia barusaja berbalik dan hendak mengoceh, tapi keningnya terlebih dahulu mendapatkan sentilan dari Rehan yang otomatis membuatnya terkejut sampai memundurkan beberapa langkahnya.

"Tolol!!" Maki Rehan langsung sebelum Bintang mengomel. Bintang mengerecutkan bibirnya.

"Lagian lo ganti baju di kamar, bukan di kamar mandi." Balas Bintang tak mau kalah.

"Serah gue lah, kamar gue. Lo kalo masuk juga ketuk dulu. Untung lo belum liat aset gue."

Mata Bintang membulat tak percaya dengan apa yang baru saja Rehan katakan. Apa maksudnya tadi?

"Hih. Gila aja!" Kesal Bintang langsung mendorong bahu Rehan.

"Ngapain?" tanya Rehan mengalihkan seraya meminggirkan badannya dan memberikan akses Bintang untuk masuk ke dalam kamarnya. Bintang yang sudah diberi akses langsung nyelonong masuk dan duduk di kasur Rehan tanpa meminta ijin dan berkata apapun.

"Ponsel," todong Bintang langsung kemudian membaringkan tubuhnya di kasur kamar Rehan. Matanya terpejam sembari menunggu jawaban dari Rehan.

"Nakas tuh." Balas Rehan jengah. Ia masih berdiri dan bersandar di pintu dengan tangan yang melipat di dada seraya melihat yang tengah dilakukan oleh saudara sepupunya itu. Begitulah Bintang jika mempunyai mood yang baik. Cenderung bertingkah semaunya, tapi Rehan membiarkan demi kesenangannya. Rehan yakin sebelum datang tadi juga mood Bintang sedang baik dan ceria karena itu sampai lupa mengetuk pintu.

Bintang masih tak beranjak sebentar baru beberapa menit kemudian ia baru beranjak dan berdiri kemudian mendekat ke nakas dan mengambil ponselnya. Setelah mendapatkan apa yang dimau, Bintang langsung berjalan kearah pintu. Ia hendak keluar dari kamar tapi langsung dihadang oleh Rehan.

"Mau pulang," kata Bintang seraya berusaha menggeser tubuh Rehan agar menyamping. Tapi tubuh tinggi itu tak bergeser satu senti pun. Bintang berdecak. Ia menatap Rehan tajam dan hendak mengoceh tapi pertanyaan lebih dulu dari Rehan membuat Bintang urung.

"Lo sering kirim pesan sama Aline?" Pertanyaan datar dari Rehan langsung saja membuat mulut Bintang terbuka. Bibirnya senyum- senyum tidak jelas. Alisnya dinaik- turunkan untuk mengejek dan memancing emosi Rehan.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang