Part 11, Dekat

44 10 16
                                    

"Munafik memang berpura-pura benci akan kedekatan ini, padahal hati berteriak girang, tapi semua itu dilakukan demi keamanan hati."

🍃

Sudah 3 hari Bintang pulang bersama dengan Arkana. Setiap pulang sekolah, Arkana selalu bergantian ke rumah Rehan atau Bintang. Dan bertepatan itu juga, Adrian sudah tidak terlalu sibuk. Selama itu pula Adrian mulai terlihat akrab dengan dengan Arkana. Bahkan Arkana terkadang ikut membully Bintang jika kejahilan Adrian dan Rehan kumat. Bintang kesal. Ia tidak mempunyai seseorang yang membela. Jika dulu Aidan, tapi sekarang tidak. Arkana memang terkadang sempat membelanya, tapi ia lebih sering membela lalu menjatuhkan.

Sebagai satu-satunya spesies wanita di dalam perkumpulan itu, Bintang memang harus selalu siap menjadi sasaran empuk kejahilan ketiganya. Bintang sempat ingin mengajak Keyla dan Syila, akan tetapi Adrian melarang untuk mengajak Syila karena Adrian memang tidak menyukai tingkah berisik Syila, juga Syila yang selalu ingin dekat dengan Adrian. Adrian mengijinkan mengajak Keyla tapi Keyla menolak jika tidak ada Syila karena Keyla sendiri tidak suka jika ia menjadi korban dari kejahilan kakaknya karena Adrian sendiri memang selalu senang menggoda Si irit bicara, Keyla.

"Biee.. Barbie kuuu.. Barbiee.." teriakan itu berasal dari bibir tipis Adrian, tapi Bintang tetap diam. Ia malah menutup telinganya dengan bantal. Ia dalam mode marah, pura-pura tidak mendengar teriakan dari Abangnya itu.

"Oi! Dipanggil juga." Bintang tersentak kaget pada dorongan pintu yang tiba-tiba serta teriakan Abangnya yang makin keras.

"Bintang masih punya telinga jadi gak usah teriak."

"Kalau punya telinga kenapa gak jawab?" tanya Adrian memutar bola matanya jengah.

"Jawab pake mulut bukan telinga," balas Bintang tak mau kalah.

"Lo gak jawab berarti gak punya mulut?"

"Punya lah. Emang Abang gak punya mata sama telinga? Nih liat ada mulut. Abang juga denger kan Bintang lagi ngomong?" balas Bintang sembari menunjuk mulutnya.

Bola mata Adrian membola mendengar ocehan Adiknya. Niat awal ingin meminta Bintang membuatkan minum malah menjadi perdebatan tak jelas.

"Udah cepetan buatin minuman sama siapin camilan buat temen lo. Lo katanya mau latihan sama Arka juga."

Bintang menyilangkan tangannya di depan dada kemudian ikut merotasikan bola matanya. "Kemarin dateng juga tapi malah bully Bintang bukan latihan."

"Lah, lo protes sama Arka lah bukan sama gue."

"Udah cepetan!" Seru Adrian sembari mengetuk- ngetuk pintu Bintang. Tujuannya agar Bintang merasa terganggu dan mau beranjak untuk membuatkan minum. Adrian bisa saja menyiapkan sendiri tapi ia sedang dalam mode malas.

"Ish, Abang diem deh." Kesal Bintang menutup kembali telinganya dengan bantal.

"Nggak!" Balas Adrian tak mau kalah malah makin keras dalam mengetuk- ngetuk pintu.

"Kayaknya Abang mending sibuk kuliah aja deh kayak kemarin. Rumah berasa ayem." Runtuk Bintang kesal.

"Abang sibuk entar lo nyariin bilang kangen," ujar Adrian kemudian berjalan kearah Bintang dan tersenyum manis didepannya. "Ayo Bintang, sayang."

Bintang mendengus sebal tapi tetap berdiri untuk membuatkan minum kepada para lelaki menyebalkan. Meski tengah kesal, Bintang tetap tidak tega membiarkan Abang dan tamunya mengobrol tanpa persediaan makanan dan minuman. Apalagi ini juga sudah menjadi tugasnya sebagai satu-satunya wanita di rumah ini ketika Bi Yuni sedang cuti.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang