"Tidak sedikit orang yang sakit hati karena kesimpulannya sendiri. Tindakan apapun langsung disimpulkan suka. Coba hitung? Berapa banyak sakit yang kamu berikan dari imajinasimu sendiri? Beranggapan boleh, bodoh jangan! Sedikit realistis perlu."
***
Bel tanda istirahat telah berbunyi. Bintang tersenyum senang, rasanya sudah tidak sabar untuk menghabiskan bekal batagor dan teh kotaknya. Apalagi jam sebelumnya diisi dengan ekonomi akuntansi, yang memaksa Bintang menghitung uang milyaran hingga trilyun, akan tetapi uang pastinya tidak ada. Jika ada dalam bentuk nyata mungkin menyenangkan?
Syila langsung berlari mengahampiri Keyla yang masih membereskan alat tulisnya di meja. Sementara Bintang langsung mengeluarkan bekalnya. Bintang masih trauma dengan tempat ramai jadi ia masih memilih diam di kelas sembari memakan bekal yang dibawanya.
"Teman-teman, minta waktunya sebentar. Dimohon jangan ada yang keluar." Arkana berseru seraya menepuk tangannya meminta atensi dari teman sekelasnya. Syila langsung berseru kecewa begitu juga teman lainnya yang langsung protes karena waktu makan mereka yang harus tertunda.
"Ada pengumuman apa, Ka?" Salah satu dari mereka yang berkepala dingin bertanya.
"Nanti, tunggu anak OSIS dulu yaa," jawab Arkana.
"Lo juga anak OSIS g*bl*k!" seru Rehan. Tak tanggung-tanggung ia menoyor kepala Arkana yang berada di sampingnya. Bintang tersenyum geli melihatnya. Juga bahagia karena mereka berbaikan dalam waktu singkat.
"Maksud gue bagian acara, gue bukan bagian acara." Arkana membalas cenderung santai namun juga dengan membalas menoyor Rehan.
Rehan berdecak lalu kembali duduk karena tadinya Rehan memang sudah dalam posisi berdiri. Begitu juga dengan Arkana yang kembali duduk tenang di kursinya.
"Sama aja, Ka. Udah laper nih!" seru Syila yang langsung mendapat sorak setuju dari banyak teman. Syila sudah kembali duduk di kursinya yang berada di belakang Bintang.
"Sabar ya, cuma 5 menit." Arkana berusaha membuat suasana kelas yang ramai agar kondusif kembali lalu mengecek layar ponselnya, sepertinya menunggu balasan teman OSIS-nya itu.
Meski dengan segala protes, tapi semua menurut untuk tetap tidak keluar dari kelas. Tak lama kemudian muncul tiga orang masuk ke dalam kelas. Dua diantaranya Bintang mengenalnya dan salah satunya tentu saja Renata.
"Pantes suruh nungguin, ada Renata." Shania berceletuk mengundang sorakan ramai dari teman sekelas kepada Arkana. Arkana tutup telinga seolah tidak peduli, sementara Renata tersenyum canggung.
"Sebelumnya kami memohon maaf karena mengurangi sekaligus menunda waktu istirahat teman-teman semua." Renata membuka suara, membuat sorakan-sorakan itu berhenti.
"Iyaa." Sebagian bersorak seirama.
"Jadi teman-teman..." Renata memulai bicara. "Sebentar lagi kan ada acara untuk menyambut ulang tahun sekolah. Nah, kami dari Panitia memberi aturan baru jika masing-masing kelas harus mengirim dua penampilan dalam acara tersebut. Beberapa sudah mengirim, tapi kelas ini belum sama sekali bukan? Jadi kami berharap agar dari kelas mengirim dua perwakilan untuk menampilkan penampilan."
"Nanti Arka siap nyumbang, Re. Lo mau jadi temen duetnya gak?" celetuk Gino dari arah belakang. Cowok itu terlihat memegang ponselnya dalam posisi miring tapi masih sempat menyahut memberi tanggapan.
"Kalo Arka nanti masuk Panitia jadi kalo dia mau nyumbang atas nama OSIS. Nanti akan ada penampilan spesial dari mereka di akhir acara ya." Yeni, salah satu teman Renata yang menjawab. Semua langsung bersorak menggoda, kelas menjadi ramai bak pasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bie Barbie (REVISI)
Teen FictionStart : 15 February 2021 Finish : 15 Mei 2022 Tentang Bintang, yang berkali-kali dipatahkan, dan mencoba bangkit, sesuai dengan arti namanya. Enjoy!! Langsung tambahin di Perpus atau daftar bacaan kalian. #2 - Inspiratif #1 - Tumbuh #1 - Menjadi...