Part 29, Kenyataan

42 8 24
                                    

Panjang kayak rell kereta.
Semangatin Bintang yuk.

"Bukan dia yang memberimu harapan, tapi pikiranmu sendiri yang terlalu mudah menyimpulkan bahwa ia menyukaimu."

🍃

Perlu waktu 30 menit untuk ke rumah Aidan setelah beberapa kali harus putar balik. Biasanya jika Bintang bersama Adrian hanya perlu waktu 15 menit. Terlalu lama tidak berkunjung membuat Bintang lupa jalan. Bintang dalam memberikan arahan pun sering dadakan hingga membuat Arkana sering terlewat saat hendak memasuki belokan.

Sepanjang perjalanan hanya tawa yang terdengar. Arkana tidak menggerutu karena kesalahan Bintang. Ia justru beberapa kali tertawa saat melihat kebingungan Bintang lewat kaca spion. Satu fakta yang baru Arkana tau, Bintang pelupa soal jalan. Ia beranggapan jalan itu sama, sama terbuat dari aspal hitam dengan bangunan atau pohon di kanan kirinya.

"Sampe?" tanya Arkana dengan kekehannya kala mereka sampai di depan rumah bertingkat dua dan bercat rata-rata berwarna putih. Bintang mengangguk- angguk dengan tawa kecilnya.

"Hayuk masuk," Ajak Bintang tapi ajakan Bintang ditolak Arkana dengan gelengan.

"Gak, langsung pulang aja deh."

"Kok gitu?" tanya Bintang tak suka.

"Jadi nyamuk gak?" tanya Arkana dengan kekehannya.

"Kan situ orang, masak bisa jadi nyamuk?" Humor Bintang tapi sepertinya humor Bintang terlalu retceh hingga Arkana hanya tersenyum canggung kemudian tertawa patah- patah.

"Sebenernya garing sih," jujur Arkana.

Bintang memberenggut kemudian menarik tangan Arkana dengan paksa agar mau masuk kerumah Aidan. Bintang berpikiran mungkin sebaiknya Bintang bisa berdamai dengan Arkana. Memaafkan tidak buruk bukan?

Bintang mengetuk pintu rumah Aidan dengan tak sabaran. Jantungnya berdegup kencang. Dua hari tak bertemu membuatnya merasa sedikit gugup kepada Aidan. Selain itu, Bintang sudah lama tidak bertemu dengan orang tua Aidan.

"Eh, Bintang," seru Tante Lila, Mama Aidan. Ia langsung tersenyum ramah kala membuka pintu dan terlihatlah figur Bintang. Tak lupa Lila langsung mencium pipi kanan dan kiri Bintang. Bintang yang awalnya gugup pun mulai tenang ternyata Tante Lila masih mengenal Bintang.

"Hai tante," balas Bintang.

"Temennya Aidan atau Bintang?" tanya Lila pada Arkana.

"Temennya Bintang tapi kenal Kak Aidan juga," balas Arkana yang dibalas senyuman oleh Lila kemudian Lila merangkul Bintang untuk masuk, pun dengan Arkana yang diajak masuk.

"Aidan bawa cewek dari Bandung loh. Cantik," bisik Lila pada Bintang. "Dia udah dua hari ini di jakarta."

Bintang yang mendengar sempat tertegun. Ia merasa Lila tengah menggodanya atau berbohong tapi kemudian nampaklah seorang wanita cantik berambut panjang pirang tengah duduk di ruang tamu rumah Aidan. Cewek itu langsung berdiri dan tersenyum seraya mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Tiara," ujarnya.

"Bintang," balas Bintang. Cewek itu juga memperkenalkan diri kepada Arkana. Sikapnya sangat ramah. Rambutnya lurus sama seperti Bintang namun pirang. Satu lesung pipinya menambah sisi manisnya, membuat Bintang insecure.

"Yaudah. Tante tinggal dulu, ya? Aidannya tadi ke dalem sebentar," Pamit Lila yang dibalas senyuman dari Tiara maupun Bintang.

Setelah beberapa menit ditinggal oleh Lila, terjadi hening beberapa saat. Tiara sibuk dengan ponselnya sementara Bintang sibuk melirik Tiara beberapa kali. Arka yang ikut mendengar bisikan dari Lila tadi memilih diam.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang