"Bucin boleh. Bodoh jangan! Mikir perlu!"
🍃
Ada yang aneh dengan Rehan kali ini. Tidak biasanya saat istirahat Rehan menghampiri Bintang dan duduk di sampingnya seperti sekarang ini, bukan ke kantin seperti biasanya. Rehan bertingkah aneh dan menurut Bintang, Rehan sekarang ini seperti cowok patah hati yang kekurangan belaian. Bintang bahkan sampai jengah pada kelakuan tetangga cowoknya ini.
Sejak tadi tangan Rehan tak bisa diam terus mengelotek pada meja hingga menimbulkan keberisikan kelas. Beberapa kali ia mendapat makian dan teguran dari teman sekelasnya tapi Rehan abaikan.
"Ka, suruh temen lo diem tuh. Daritadi berisik," teriak Daisy dengan ekspresi kesal ketika melihat kedatangan Arkana yang baru saja masuk kedalam kelas sehabis dari kantin. Daisy dan beberapa teman sedang latihan dance karena itu mereka sangat emosi ketika Rehan berisik.
Arkana melirik Rehan sekilas kemudian menarik kursi lain dan duduk tepat di depan Bintang.
"Re, nurut ya?" kata Arkana tenang. Arkana tau ada apa dengan tingkah Rehan kali ini jadi ia membiarkan Rehan dan hanya menegurny, mengikuti apa yang diinginkan Daisy supaya Daisy senang. Mudah bukan?"Makan." Arkana menyerahkan sebungkus batagor kesukaan Bintang dan segelas jus jambu. Dua-duanya makanan yang biasa ia pesan di kantin atau makanan yang ia bungkus untuk istirahat kedua jika pada istirahat pertama Bintang malas makan.
"Eh," Bintang sedikit terkejut akan Arkana yang tiba-tiba menyodorkan makanan. Bintang secara reflek langsung mengeluarkan uang dua puluh ribuan untuk membayar makanan itu meski ia tidak memesan.
"Gue beliin. Lo pikir gue go-food," balas Arkana tak santai yang mengundang tawa absurd dari Rehan.
"Itu makanan buat lo. Gue yakin lo laper dan capek sama tingkah absurd Rehan," jelas Arkana sedikit santai tidak ngegas seperti tadi. Bintang hanya mengangguk kemudian menggesernya ke samping karena ia sudah malas makan dan rencananya ia akan memakannya nanti saat istirahat kedua.
"Buat gue?" tanya Rehan mulai berhenti mengelotek di meja. Tangannya mulai pegal dan perutnya keroncongan meminta untuk segera diisi.
"Beli sendiri jangan manja!" balas Arkana dengan menekankan kata 'Manja'. Bintang terkekeh geli melihat raut teraniaya Rehan.
"Tega!" balas Rehan. "Gue titip cilok tadi."
"Gue pesenin ke Fani gue males ngantri."
"Okey." Hanya itu balasan Rehan kemudian kembali mengelotek di mejanya. Teman sekelasnya langsung berseru kesal karena beberapa dari teman sekelas tengah mengerjakan tugas.
"Re, diem!" Perintah Arka. Kali ini serius karena ia juga mulai terganggu, tapi Rehan tetap pada aktivitasnya, membiarkan perintah Arkana.
"Arkaaa!!!" teriak Daisy sebal karena Rehan kembali berulah.
Arkana yang juga ikut kesal karena terus disalahkan pun mencondongkan badannya dan meraih penggaris pada tas Bintang yang dapat terlihat dengan matanya karena tasnya yang terbuka kemudian memukul tangan Rehan dengan penggaris itu. Rehan memekik dan mengumpat tak terima.
"Biar hati lo adem," terang Arkana santai.
"Kenapa yang dipukul tangan?" balas Rehan tak terima sembari mengelus tangannya yang memerah. Arkana memukulnya tak tanggung-tanggung!
"Ya masak gue mukul dada lo?"
"Anjirr" Maki Rehan. Arkana memutar bola matanya malas meladeni Rehan kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsAppnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bie Barbie (REVISI)
Novela JuvenilStart : 15 February 2021 Finish : 15 Mei 2022 Tentang Bintang, yang berkali-kali dipatahkan, dan mencoba bangkit, sesuai dengan arti namanya. Enjoy!! Langsung tambahin di Perpus atau daftar bacaan kalian. #2 - Inspiratif #1 - Tumbuh #1 - Menjadi...