Part 46, Penjaga Bintang

22 3 20
                                    

"Katanya cemburu itu wajar, cemburu itu tanda cinta. Lalu bagaimana jika cemburu itu sampai mengundang sifat posesif berlebih? Wajar?"

🍃

Alih tempat, hawa segar berembus di sekitar Rehan dengan Aline. Rehan duduk santai seraya menikmati udara dan angin yang menggerakkan rambutnya yang sedikit memanjang. Ia melirik Aline yang sejak tadi diam. Rehan tau Aline tengah gugup, dan Rehan memilih diam seraya menunggu kesiapan mantannya itu.

Semalam, Rehan sedikit syok ketika mendapat pesan dari mantannya itu yang berisi ajakan bertemu ketika pulang sekolah. Ketika putus saja Aline seperti tidak ingin berkontak langsung dengan Rehan, tapi entah karena apa, sekarang Aline justru mengajak bertemu. Saat itu Rehan tanpa basa- basi langsung saja membalas pesan dari Aline dengan jawaban singkat, 'Oke'.

Bukan jahat. Hanya tidak ingin menambah masalah saja. Dia yang memutuskan dengan sepihak, jadi Rehan hanya mengiyakan. Dia juga yang menjaga jarak, jadi Rehan mengikuti.

"Re," Suara pelan yang hampir tak terdengar akhirnya terucap dari bibir Aline. Dan meski pelan, telinga Rehan tetap mendengarkan dengan jelas. Rehan langsung menoleh dengan satu alis terangkatnya.

"Aku minta maaf," kata Aline.

"Soal?"

"Sering cemburu berlebihan sama Bintang."

"Iya, udah lalu," balas Rehan enteng. Rehan tidak tau jika balasannya yang singkat membuat gadis disampingnya makin takut.

"Aku gak tau kalo kamu sama Bintang sepupuan, dan Kamu gak pernah cerita," kata Aline masih berusaha mengajak mengobrol Rehan meski Rehan terkesan tak niat dalam menjawab.

"Setidaknya gue pernah bilang kalo gue sama Bintang gak ada apa- apa."

"Tapi kalian terlalu deket, Re. Coba tanya sama yang lain? Orang- orang nganggep Aku cuma status buat kamu. Kamu gak pernah anggep Aku," kata Aline. Rehan langsung menoleh. Ia menggeleng tak percaya akan perkataan Aline.

"Selama ini kurang? Lo pengen yang gimana? Gue udah buka kalo lo gak suka didiri gue, lo ngomong. Tapi lo diem kan?" tanya Rehan menekan. Itu membuat Aline makin takut. Aline menunduk seketika. Tangannya meremas satu tangannya yang lain. Rehan kasian, tapi Rehan terlalu kesal dan malas.

"Udah, kita udah selesai. Lo yang ngode seolah minta putus kan? Yaudah gue turutin tanpa lo bilang," kata Rehan tanpa perasaan. Ia langsung berdiri dan hendak meninggalkan Aline, tapi Aline langsung mencekalnya. Air mata gadis itu turun.

"Re," Aline mencekal lengan Rehan agar tak berdiri dan meninggalkannya.

"Aku cuma cemburu sama Bintang," aku Aline.

"Terlambat," balas Rehan tegas. "Tau gak? Orang yang dulu lo kira penghancur hubungan malah ngebela lo habis- habisan. Dia selalu ngeracunin pikiran gue buat balikan sama lo. Dan lo? Lo makin bikin dia dibenci sama orang- orang. Lo pikir baik, lo cerita sama orang lain gimana gue ke Bintang. Kalo gue salah, bilang ke gue! Bukan ke orang lain."

Dibentak seperti itu membuat Aline menghapus air matanya lantas mendongak menatap Rehan. Ia berusaha berani melawan Rehan meski tampang Rehan tidak ada santai- santainya.

"Kenapa kamu selalu ngehakimi Aku tanpa mau terbuka sama Aku?" tanya Aline."Bintang yang walau diem aja kamu bisa langsung peka gitu aja. Kenapa kalo Aku, harus Aku yang ngomong langsung?"

"Iya, udah? Kita selesai kan? Gak usah dibahas." Rehan tetap cuek. "Kalo gak suka, tinggalin gue."

Setelah mengatakan kalimat itu, Rehan benar- benar pergi meninggalkan Aline yang menangis.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang