Part 27, Perasaan

40 8 14
                                    

"Jangan salahin rasa yang beralih! Tapi salahin kenapa dia menolak saat seseorang berusaha mendekat? Saat seseorang itu merasa lelah malah dia yang mengejar, kenapa tidak daridulu saling menolehkan kepala?"

🍃

Definisi kecewa menurutmu itu apa? Dia yang tak seperti ekspetasimu? Atau dia yang kamu anggap spesial ternyata tidak menganggapmu spesial? Kalau definisi kecewa menurut Bintang yaitu ketika orang tua satu-satunya di keluarga tidak bisa meluangkan waktu hanya untuk pengambilan rapot. Sesimple itu. Ayah Bintang seorang pengusaha tapi menurut Bintang, Ayahnya tidak sesibuk itu hingga tidak bisa meluangkan waktu untuk pengambilan rapot.

Bintang tau Ayahnya tidak pernah mau dekat dengan Bintang, tapi sejak dulu Ayahnya masih mau untuk datang ke acara sekolah Bintang. Ayahnya masih mau mengambilkan rapot Bintang kemudian mengucapkan selamat meski Bintang tak pernah mencapai 5 besar.

Bintang kecewa ketika pagi tadi, Bintang tidak menemukan Ayahnya pulang ke rumah padahal Bintang sudah mengirimkan pesan sejak 3 hari yang lalu. Pesan itu hanya dibaca, tanpa dibalas. Sesulit itu kah membalas atau menelfon untuk menjelaskan alasan?

Mata Bintang berkaca- kaca saat teringat pagi tadi saat Adrian mengatakan Ayahnya tengah sibuk dan Adrianlah yang bertugas mengambil rapot Bintang. Pagi itu Bintang masih berusaha tersenyum dan memaklumi tapi kali ini sepertinya tidak. Bintang masih merasa berat setelah teringat terakhir kali Ayahnya pulang yaitu saat Bintang sakit.

Bintang mengusap setitik air mata yang hampir jatuh. Ia tidak bisa menangis di depan kelas seperti sekarang ini, akan sangat memalukan pasti. Mengedip- ngedipkan mata beberapa kali sekaligus menggeleng merupakan pengalihan agar matanya tidak terlalu merah dan bayangan kekecewaan itu hilang.

Semua temannya berdiri di sekitar pintu untuk sekedar menguping penjelasan wali kelas dan menunggu orang tua mereka, tapi Bintang memilih menyendiri, duduk di tembok yang dibangun setengah sebagai tempat duduk di depan kelas seraya menatap kosong kearah mading depan kelas. Bintang butuh waktu sendiri.

"Ada yang pengen nangis tapi ditahan." Celetukan suara yang tak asing membuat Bintang menoleh. Dia tersenyum kemudian duduk di samping Bintang.

"Kenapa?" tanya Arkana saat ucapannya tadi tak direspon. Hanya tolehan kepala kemudian kembali menatap depan.

"Butuh hawa segar?" tanya Arkana lagi karena pertanyaannya masih diabaikan. Hening sesaat, tapi kemudian Bintang mengangguk. Hal itu membuat Arkana tersenyum senang kemudian menarik tangan Bintang untuk menjauh dari depan kelas.

Arkana membawa Bintang ke menara sekolah. Tempat ini biasanya digunakan ekskul pecinta alam untuk latihan climbing. Tempatnya dekat dengan lapangan dan sedikit jauh dari ruang kelas. Nyaman untuk menyendiri sekaligus segar karena angin yang berembus. Tempatnya kecil tapi cukup diisi untuk empat orang. Tempat ini memikiki atap sehingga tidak terlalu panas di siang hari, juga pagar yang terbuka membuat Bintang mampu menatap kesegala arah.

"Gue balik badan kalo lo gak pengen diliatin pas lagi nangis," ujar Arkana kemudian berpindah tempat duduk menjadi membelakangi Bintang.

"Sini aja. Udah gak pengen nangis," balas Bintang seraya menepuk sampingnya, tempat duduk Arkana tadi. Arkana menurut dan kembali lagi untuk duduk di samping Bintang.

"Lo pengen diem atau cerita?" tanya Arkana memberi pilihan yang didiamkan oleh Bintang lagi, sepertinya berfikir sampai kemudian Bintang menoleh, "Boleh?"

Arkana tersenyum senang. Keterbukaan Bintang tentu membuat dirinya senang. Jika Bintang sudah berani bercerita artinya Bintang percaya padanya.

"Kenapa enggak?" tanya balik Arkana.

Bie Barbie (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang