CHAPTER 1 : Anak Bunda

91 8 4
                                    

"BUNDA... BUNDA DIMANAAA?!"

Suara teriakan yang menggema ke seluruh ruangan itu membawa dua laki-laki melangkah mengikuti seorang perempuan dengan kuncir kuda yang sudah mulai duduk dengan nyaman di sofa ruang keluarga rumah itu. Salah satunya melepas dasi abu-abu yang melingkah di lehernya, sedangkan yang lainnya sibuk merapikan tas yang terlempar ke sembarang arah milik ketiganya. Piring-piring cantik berisi makanan kesukaan mereka telah menyambut di atas meja, tangan si cantik sudah mulai meraih salah satu sendok untuk bersiap menyicip. 

"Coba tolong jelasin ke gue." Salah satu laki-laki yang masih berdiri di dekat sofa dengan dasi yang menggantung di pundaknya, menyilangkan kedua tangannya di dada seraya menatap kedua temannya yang sudah duduk sambil menatapnya tidak peduli. "Coba, gimana ceritanya Akash yang menang nyalon ketos, tapi party syukurannya di rumah gue? Terus ini Bunda gue yang nyiapin semuanya juga buat lo?!"

"Bunda yang nyuruh Akash ngadain makan-makannya di rumah kita, Bang." Ucap Rita, seorang wanita paruh baya yang kini tengah menyajikan tiga piring berisi lasagna. Wanita yang baru memasuki kepala empat itu tidak lain merupakan ibu dari laki-laki yang sedari tadi terus melayangkan protes pada Akash. 

"Tapi ini ga ada hubungannya sama anak Bunda, lho?! Langit 'kan ga menang apa-apa, bahkan lomba Agustus-an tuh masih lama, Bunda. Ga ada hal yang harus dibikinin syukuran sampe kayak gini. Harusnya makan-makannya di rumah Akash, 'kan dia yang menang."

Laki-laki itu, Langit Baskara Putra, si pengoleksi kata-kata haram yang sering kali mendapat semprot dari Akash ketika mulai mengeluarkan koleksinya tanpa batas. Selain koleksi kata haramnya, Langit juga fans nomer satu Band Peterpan, katanya sih 'biar nyambung kalo lagi karaokean sama Bunda'. Usaha tanpa lelah sejak kecil bersama Rita itu, menghasilkan bakat berarti bagi Langit. Suara Langit sudah sering menjadi hiburan bagi banyak telinga, terutama tetangga sekitar rumahnya. Laki-laki itu selalu diunggulkan sebagai jagoannya kompleks Blok 7. Setiap tahunnya, Langit pasti mewakili kompleks untuk mengikuti lomba Agustus-an di kelurahan. Tidak hanya sampai disitu, Langit terus mengasah kemampuan dan kepercayaan dirinya hingga ia menjadi pemegang trofi juara satu penyanyi solo di Festival Seni antar Provinsi. Melalui prestasinya, tidak heran Langit yang merupakan vokalis band kesayangan sekolah ini, masuk di jajaran The Most Wanted Guy di sekolah sama seperti Akash.

"Gue juga anak Bunda ya. Jadi ga masalah kalo Bunda mau ngerayain kemenangan gue." Kali ini laki-laki yang sedari tadi disebut-sebut sebagai Akash mulai bersuara menanggapi kerutan dahi Langit yang tak kunjung reda.

Laki-laki dengan perawakan tinggi itu adalah pejabat sekolah berumur satu hari dengan jabatan yang tentunya dikenal seisi sekolah, Ketua Osis. Namun menurut Senja, dibanding disebut sebagai pejabat, laki-laki itu lebih baik disebut seperti budak dari para petinggi di sekolahnya. Akash Jingga Narendra, tetangga Langit yang rumahnya hanya bersebelahan dengan rumah di depannya, alias rumah Senja. Akash adalah manusia yang selalu mempunyai dua sisi berbeda saat di sekolah dan di rumah. Langit dan Senja berani untuk bersumpah, anak satu sekolah mereka tidak akan menyangka semua hal gila yang sudah Langit dan Senja temui di dalam diri Akash selama ini. Hal ini karena ketika di sekolah Akash akan menampakkan sosok berwibawa dan tidak banyak bicara, bahkan beberapa anak sudah lebih dulu takut untuk berbicara dengan Akash terlebih jika itu perihal urusan OSIS.

"Lo berdua kalo mau ribut boleh di luar ga? Prosesi memakan masakan Bunda yang lagi gue lakuin jadi ga kerasa nikmatnya denger omelan lo berdua." Ucap satu-satunya perempuan diantara mereka bertiga yang kini sudah mulai memasukkan Lasagna ke dalam mulutnya. Tangan Senja menunjuk-nunjuk kedua temannya itu menggunakan garpu ditangannya sebagai ancaman agar Akash dan Langit menyudahi sesi debat yang mereka lakukan.

Aruna Elok Senja, perempuan ini sudah menjadi teman Langit dan Akash dari masa embrio. Nama Aruna menjadi panggilannya di sekolah untuk jangka waktu 6 bulan pertama. Hal ini karena Akash dan Langit dengan sengaja meracuni anak satu sekolah untuk memanggilnya dengan nama Senja. Jadi saat ini hanya beberapa guru saja yang tidak begitu mengenal Senja yang masih memanggilnya dengan nama Aruna. Bisa dibilang kehidupan Senja di sekolah berbanding terbalik dengan kedua temannya. Senja cukup dimusuhi oleh beberapa perempuan bergerombol yang senang merumpi di kantin. Alasannya tidak jauh hanya karena dua sosok laki-laki yang banyak diidamkan perempuan seantero sekolah itu memilih untuk bersama Senja dibanding perempuan lainnya.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang