Sudah terhitung satu bulan sejak Akash, Langit dan Senja mengikuti segala kegiatan kampus termasuk di dalamnya ospek juga acara lainnya. Kini mereka bertiga sudah legal untuk disebut menjadi seorang mahasiswa. Bahkan ketiganya sudah terbiasa untuk tidak pusing memikirkan pakaian yang akan digunakan esok pagi karena kebiasaan SMA yang selalu menggunakan seragam yang telah terjadwal.
Sebagai seorang mahasiwa baru, ketiganya pun dituntut untuk sibuk di jurusannya masing-masing. Hingga akhirnya waktu berkumpul seperti biasa menjadi berkurang dari biasanya. Senja yang biasa di antar oleh Akash dan Langit pun kini mulai beralih menggunakan ojek online ketika kedua lelaki itu benar-benar tidak dapat mengantar dirinya.
Namun disela-sela jadwal padat, ketiganya tetap menyempatkan untuk berkumpul setidaknya sebentar untuk melepas penatnya hidup seorang mahasiwa. Seperti saat ini, ketiganya tengah berkumpul di kantin FMIPA dimana merupakan tempat Senja berkuliah.
"Ospek jurusan lo belum mulai?" Tanya Langit pada Senja.
"Belom tuh, rumornya sih bulan depan. Tapi udah ada grup-grup sama kating gitu, deh. Paling bentar lagi ada wacana-wacana tugas."
"Gue udah ngebayangin lo jadi zombie sih, Ja. Udah nanti perpaduan mba kukun feat zombie."
"Kurang ajar. Tapi, gue juga udah ngebayangin bentukan gua nanti gimana ya? Mana udah mulai praktikum dan segala antek-anteknya."
Langit hanya mengangkat kedua bahunya menanggapi ucapan Senja seraya menepuk pelan pundak Senja seperti memberi tahu bahwa ia ikut bersimpati.
"Woy, Kash. Kenapa dah lu diem liatin HP mulu? Ngobrol napa, mumpung ngumpul ini kita." Ucap Langit pada Akash yang berada di depannya.
"Lagi liatin nilai kuis gue." Jawab Akash.
"Anjir, udah kuis aja lo?"
"Udah 3 kuis sama kuis hari ini. Besok juga gue ada kuis Fisika Listrik."
"Lo ga gila 'kan, Kash?" Tanya Senja dengan raut wajah iba.
"Kalo Akash kayak gini aja gila, udah dari jaman SMA kayaknya dia gila, Ja." Saut Langit yang kemudian membuat tawa pada Akash dan Senja.
"Aman tapi nilai lo?" Tanya Senja lagi.
Akash mengangguk, "Sejauh ini aman, sih."
"Ayo besok malem minggu kita Netflix-an biar ga gila." Ajak Langit seraya memainkan handphone miliknya guna mencari film yang mungkin saja seru untuk dilihat.
"Ayo di rumah gue, udah lama 'kan lo pada ga ke rumah gue? Terakhir kita udah ngumpul di rumah Senja gara-gara dia nangis ketakutan di kamarnya ada kecoa." Ucap Akash seraya menahan tawanya dan melirik Senja.
"Gue bisa jelasin itu, plis."
"Apalagi yang mau dijelasin, Jaja??" Tanya Langit.
"Hari itu rumah gue ga ada orang sama sekali lo berdua juga liat. Terus tiba-tiba ada kecoa di bawah meja belajar gue. Ya gue takut lah, kecoa tuh nakutin banget sumpah. Gara-gara sepi, ya udah gue cuma kepikiran buat nangis."
"Iya, terus lo nangis kedengeran sampe kamar gue." Ucap Akash.
"Gue pikir-pikir, lo membuang waktu banget panik terus loncatin balkon kamar lo sama Senja cuma gara-gara Senja takut kecoa, Kash." Ejek Langit yang kemudian direspon pukulan oleh Senja.
"Lo juga langsung lari ke rumah Senja ya abis ngeliat gue loncat." Ucap Akash pada Langit dengan tawanya, "Tapi beneran, nangisnya sedih banget. Gue panggil-panggilin ga nyaut bocahnya, pas gue udah sampe di kamarnya ternyata dia udah duduk itu di kursi meja belajar sambil meluk kakinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...