Suara seorang moderator menggema ke seisi ruangan auditorium dimana acara donor darah yang Akash naungi tengah berlangsung. Pagi ini, kegiatan donor darah itu berjalan dibarengi dengan talkshow bersama dosen ilmu gizi universitas tempat Akash berkuliah. Donor darah yang setiap semesternya selalu diadakan oleh fakultas Akash itu memang sudah terkenal oleh banyak kalangan, terlebih dengan bagaimana meriah dan kreatifnya panitia merangkai acara. Hal tersebut juga dapat dibuktikan dengan adanya talkshow sebagai pengiring kegiatan donor darah.
Pagi-pagi buta sebelum ayam mulai berkokok, Akash sudah mengeluarkan mobil berniat pergi menuju kampus. Semalam ia meminta izin kepada Ayahnya untuk menggunakan mobil karena akan dipergunakan olehnya mengantar dan menjemput narasumber.
Akash memijat keningnya seraya membaca kertas yang tengah ia pegang. Setelahnya dengan cekatan ia menekan earphone yang tersambung dengan handie talkie yang kini ia jepitkan di kantung celana bagian belakang. Akash sebagai anggota divisi acara diberi amanah oleh sang koordinator divisinya untuk memegang handie talkie juga karena keseluruhan acara hari ini hanya Akash yang memahaminya dengan betul, selain sang koordinator.
"Cek, perkap tolong dong angkut kursi tambahan. Ini audiensnya nambah, ada beberapa yang diri di dalem." Akash berbicara dengan mendekatkan mic earphone pada mulutnya. "Ingetin juga buat anak buahnya yang cuma leha-leha duduk nonton talkshow, mending buat bantuin yang lain, jangan makan jatah kursi audiens."
"Konsumsi juga refill snack terbang dong, ini pada kosong piring-piringnya." Lanjut Akash setelah melihat beberapa piring kosong di kursi tengah.
Akash mengedarkan pandangannya menatap beberapa orang yang mulai berdiri dari tempat duduknya dan mempersilakan audiens untuk duduk. Di ujung ruangan terlihat ketua pelaksana acara hari ini menatap Akash dengan senyum cerahnya seraya menunjukkan kedua jempolnya tinggi-tinggi.
"Sibuk banget ketua DDT—Donor Darah Teknik—semester depan." Celetuk seseorang yang secara tiba-tiba berada di samping Akash.
Akash menggeleng seraya terkekeh, "Ga usah ngomong aneh-aneh lo, Bang. Gue cuma ngejalanin tanggung jawab aja. Ketua semester depan juga belom ditentuin."
"Merendah untuk meroket. Tapi oke, gue suka orang kayak lo gini." Ares menepuk pundak Akash pelan. "Gue ke depan dulu deh ya, ga enak Pak Agus nonton sendirian."
Akash mengangguk dengan sopan mengantar Sekretaris Jendral BEM itu pergi menuju salah satu kursi kosong di samping Dekan Fakultasnya. Setelahnya, langkah kaki Akash membawa dirinya untuk pergi ke ruangan kelas yang sengaja dijadikan tempat untuk para pendonor melakukan pemeriksaan kesehatan. Banyak orang kini telah duduk di kursi yang disusun sejajar menunggu gilirannya dipanggil menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum mendonorkan darahnya.
"Mau teh anget?" Tanya Kaleena saat Akash baru saja sampai di meja pemeriksaan.
"Engga, gue mau ngecek doang. Aman ga disini?"
"Aman." Kaleena mengedarkan pandangannya sebelum kembali menatap Akash. "Kalo ga aman gue pasti udah nelpon lo."
"Nelpon Kak Rachel aja, dia koor acaranya."
"Satu kepanitiaan ini juga udah ngerasa lo yang jadi koor deh."
"Ngaco."
"Dibanding Kak Rachel, lo yang lebih semangat buat moving ngecek satu-satu kegiatan hari ini. Liat tuh, Kak Rachel aja malah lagi santai ngajak ngobrol pendonor."
Seperti mengerti jika dirinya sedang dibicarakan, Rachel berjalan mendekat pada Akash dan Kaleena. "Aman ga talkshow, Kash?"
"Aman, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...