CHAPTER 7 : Audisi Langit

27 7 0
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu dimana kebanyakan orang melepas penatnya setelah satu minggu berkegiatan. Begitu pula dengan Senja dan Akash yang kini tengah sibuk berdiri di depan pintu masuk Gelanggang Kampus yang sudah dipenuhi oleh banyak orang. Hal tersebut terjadi karena pada hari ini, akan diadakan audisi anggota band terkenal kampus, yaitu Schemer Band. Setelah mengurus administrasi didepan, Senja dan Akash memasuki Gelanggang dan mencari tempat duduk terbaik agar teman mereka berdua tau bahwa hari ini penampilannya akan dilihat oleh keduanya.

Sepuluh menit berlangsung, acara akhirnya dimulai dan pembawa acara di depan sana sudah mulai berbicara basa-basi memulai audisi hari ini. Band kampus satu ini memang terkenal dengan sistem generasi, setiap tahunnya mungkin akan diadakan audisi untuk menggantikan anggota yang telah lulus.

Seperti keberuntungan untuk Langit, tahun ini band unggulan kampus ini membutuhkan dua anggota yang mampu untuk bernyanyi dan bermain gitar. Dua kemampuan itu dikuasai oleh Langit, terlebih untuk bernyanyi. Sepertinya jika juri di depan ada yang mengenali Langit ketika bernyanyi, laki-laki itu akan secara otomatis untuk lolos dalam audisi ini.

Satu-dua jam terlewati, banyak sekali peserta yang sudah unjuk bakatnya hingga akhirnya tiba nama Langit terpanggil. Ketika Langit keluar dengan gitar yang mengalung di pundaknya, beberapa perempuan yang berada di bangku penonton seketika berteriak histeris. Bahkan beberapa panitia pelaksana sudah mulai berbisik bersama teman-temannya.

"Kayaknya Langit emang udah terkenal deh, Kash." Bisik Senja pada Akash yang duduk disebelah kanannya.

Akash mengangguk dengan wajah yang masih menghadap ke depan melihat Langit yang kini sudah berdiri didepan mikrofon.

Langit memetik senar gitar digenggamannya. Melantunkan nada yang membuat setiap orang yang mendengarnya dapat menghentakan kaki ataupun menganggukan kepalanya. Dalam beberapa saat kemudian kepala laki-laki itu sudah mendekat ke mikrofon dan menempelkan bibirnya pada mikrofon tersebut.

"Aku mengerti, perjalanan hidup yang kini kau lalui..

Ku berharap, meski berat, kau tak merasa sendiri.."

Beberapa orang disekitar Senja dan Akash mulai ikut bergumam melantunkan lagu milik Budi Doremi dengan judul Melukis Senja yang sedang dibawakan oleh Langit.

"Kau telah berjuang, menaklukkan hari-harimu yang tak mudah..

Biar ku menemanimu, membasuh lelahmu.."

Kini Langit menatap ke arah Senja dan Akash seraya tersenyum sebelum menyanyikan lirik berikutnya.

"Izinkan kulukis senja, mengukir namamu di sana..

Mendengar kamu bercerita, menangis, tertawa..

Biar kulukis malam, bawa kamu bintang-bintang...

'Tuk temanimu yang terluka, hingga kau bahagia..."

Langit membuat panggung miliknya sendiri dengan suara penonton yang ikut bernyanyi bersama dengannya. Ia membawa penonton disana menikmati aura yang dimilikinya dan menjiwai apa yang disampaikan Langit melewati lagu yang dinyanyikan.

Tepuk tangan meriah jadi hadiah untuk Langit seusai ia mengakhiri penampilannya. Semua orang puas dengan apa yang Langit berikan, bahkan Senja yakin juri di depan sana juga puas melihat penampilan Langit.

Setelah Langit menuruni panggung, Senja dan Akash memilih untuk menunggu laki-laki itu di luar Gelanggang. Beberapa menit menunggu, Langit keluar dari Gelanggang dengan tas gitar yang berada di pundak kanannya. Laki-laki itu tersenyum berjalan menuju kedua temannya. Senja menyerahkan satu botol air mineral pada Langit ketika ia sudah berada di depan mereka.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang