Senja membuka pintu balkon kamarnya membiarkan udara di Minggu pagi ini memasuki kamarnya dengan mudah. Mata Senja terarah pada pojok kompleks yang kini terlihat sekumpulan ibu-ibu asik memilih sayur yang tergantung di gerobak tukang sayur yang biasa berkeliling seraya bersenda gurau. Melalui balkon kamarnya yang berada di lantai dua, Senja memang mampu memperhatikan banyak kegiatan di jalanan kompleksnya itu. Tak jarang gerombolan anak kecil bermain bola kaki di sepanjang jalanan atau mereka berlari kesana kemari bermain kejar-kejaran. Hal-hal itu kadang mengingatkan Senja akan kehidupannya beberapa tahun yang lalu bersama kedua teman baiknya itu.
"Ja! Cepet turun kamu." Teriak Mama Senja dari depan rumahnya ketika melihat Senja hanya melamun melihat seisi kompleks.
Sebelum sang Mama melayangkan omelannya, Senja dengan cepat bergegas untuk turun menuju dapur karena di genggaman Mamanya terlihat jelas sebuah kantung belanja berisi sayur. Saat sudah tiba di dapur, Senja melihat mamanya tengah memilah-milah sayuran yang mana akan dimasak hari ini.
"Banyak banget." Celetuk Senja seraya membantu memasukkan beberapa sayuran ke dalam lemari es.
Mama Senja yang sudah mengupas wortel di depan Senja tiba-tiba menodongkan pisau yang dipegangnya kepada sang anak, "Heh! Kenapa kamu ga bangunin mama semalem?"
"Ya ampun, Mama!" Senja menggeser tangan mamanya agar pisau itu tak terarah padanya. "Bangunin kenapa sih?"
"Ga usah pura-pura ya kamu. Semalem Anin masuk UGD bisa-bisanya kamu sama Langit kesana sendirian. Ga anggep Mama sama Bunda orang tua kalian lagi? Udah ga berguna ya Mama?"
"Ga gitu..." Senja memeluk mamanya dari samping. "Senja tau Mama semalem pulang kerjanya malem, ga enak kalo harus bangunin. Senja sama Langit juga langsung ke UGD dan Anin ga kenapa-napa kok. Senja udah pastiin langsung ke dokternya kalo Anin ga kenapa-napa."
"Ja, anak-anaknya Bunda sama Ibu tuh anak Mama juga. Kalo ada apa-apa, ya Mama juga siap jadi orang paling depan buat ngelindungin."
Senja mengusap punggung mamanya mencoba menenangkan, "Iya, Ma."
"Mama tau kalian semua udah gede, udah bisa jalan sendiri. Tapi kita orang tua juga masih bisa khawatir sama kalian. Jangan kayak gini lagi, ah."
"Iya-iya, Senja janji ga bakal kayak gini lagi."
Mama Senja menarik napas dalam sebelum menghembuskannya, "Ya udah, sekarang ayo bantuin Mama masak. Akash tadi ngabarin Mama kalo Anin udah bisa pulang jam 8."
Mendengar penuturan Mamanya, pagi ini akhirnya menjadi pagi dimana Senja menemani sang mama untuk memasak dengan porsi yang cukup banyak, dengan maksud untuk dibagi kepada Akash dan Anindya yang masih perlu berdua di rumah hingga esok hari. Ibu, Ayah, dan Abyasa yang sudah mendengar kabar Anindya masuk UGD tak bisa mempercepat kepulangannya, mereka bertiga terpaksa harus bersabar hingga esok hari untuk segera tiba dan melihat keadaan Anindya.
Mengingat tentang Akash mampu membuat helaan napas kasar keluar dari mulut Senja beberapa kali. Kejadian semalam ternyata tak membuat resah yang Senja rasakan selama seminggu kebelakang menjadi hilang. Resah itu malah seperti mencari teman, hingga kini Senja pun sudah lelah untuk memikirkannya.
"Nanti anterin sayurnya ke sebelah ya, Ja?" Ucap Mama Senja.
"Boleh Bang Nakula aja ga, Ma? Senja 'kan baru pulang juga tadi subuh, mau istirahat dulu."
Dalam beberapa saat sang Mama hanya menatapnya tanpa ekspresi, lalu setelahnya anggukan kepala Mama Senja jadi alasan perempuan itu untuk mulai melangkah ke kamar bersama teh hangat yang berada digenggamannya. Senja sebenarnya tidak mengantuk, hanya saja ia seperti butuh istirahat kali ini. Mungkin menghirup udara bersama dengan teh hangatnya di balkon kamar dapat menenangkan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260862457-288-k610301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...