CHAPTER 6 : Coklat dari Langit

37 8 2
                                    

"Ja, kalo tiba-tiba ada cewe yang deketin gue juga, lo bakal gimana?" Ucap Akash seraya menatap Senja yang kini juga menatap ke arahnya.

"Pastinya dia harus memenuhi seleksi dari gue dulu. Ga boleh ya cewe lo nanti kayak degemnya Langit yang tadi. Otomatis gue diskualifikasi." Jawab Senja dibarengi dengan tawanya.

Akash ikut tertawa mendengar tawa yang keluar dari mulut Senja. Ia kemudian kembali menatap layar laptopnya dan fokus untuk mempelajari beberapa rumus yang mungkin saja keluar saat kuis besok.

"Besok kalo ada cowo yang deketin gue juga, gue pastiin buat kenal sama kalian berdua dulu. Dia nanti harus bisa diterima sama kalian berdua." Ucap Senja perlahan.

"Kenapa gitu?" Tanya Akash tanpa menoleh.

"Gue tau, kalian pasti ga bakal biarin cowo tipe aneh-aneh buat deketin gue. Kalo kalian nanti ga bolehin, gue ga bakal biarin dia deketin gue."

"Kalo lo-nya maksa?"

"Maksa gimana?"

Akash memalingkan wajahnya menatap Senja, "Lo dengan sikap keras kepala lo, gue rasa kemungkinannya kecil buat langsung nurut sama gue atau Langit. Lo pasti batu banget dan ga mau buat disuruh jangan deket sama cowo itu."

"Yakinin gue lah sampe gue ga mau sama cowo itu."

"Kita liat nanti ya, lo kalo udah keras kepala gue angkat tangan, deh."

Senja mengerutkan dahinya, "Ih kok gitu? Ga boleh nyerah dong, Kash. 'Kan demi kebaikan gue."

Akash hanya tertawa menanggapi ucapan Senja kali ini sebelum hening terjadi diantara mereka. Hanya suara ketikan laptop dan jangkrik malam yang terdengar, sebelum akhirnya suara Senja mengintrupsi.

"Wawancara BEM gimana, Kash?" Tanya Senja.

"Lancar."

"Udah gitu doang?"

"Mau jawaban kayak gimana?"

"Ya kesan pesan atau apa gitu abis wawancara? Lo ga deg-degan?"

"Gue selama SMA udah sering wawancarain orang, kayak gini doang ngapain deg-degan?"

Senja menatap sinis Akash yang sayangnya tidak dilihat oleh Akash, "Sombong banget mantan ketos."

Akash tertawa kembali mendengar ucapan Senja. Lalu sesaat setelahnya ia menoleh ke arah perempuan itu, "Doain gue ya?"

"Lolos BEM?"

"Jadi Presma."

"YA AMPUN AKASH, LO BARU WAWANCARA BEM. UDAH MAU NYALON PRESMA AJA LO?! BESOK GUE DAFTARIN PARPOL AJALAH BIAR SEKALIAN PUAS."

Kali ini Akash tertawa lebih keras dari sebelumnya, Senja memang juaranya merespon secara heboh setiap cerita.

"Doain lolos BEM dulu, nanti kalo udah lolos ganti doanya jadi biar bisa ngejabat Presma." Ucap Akash masih dengan tawanya.

"Ga ada capenya ya lo buat ikut ginian?"

Akash menggeleng, "Kayak gini tuh ibaratnya kayak seni bagi gue, Ja."

"Seni jidat lo!"

Akash mengubah posisi duduknya menjadi lebih menghadap ke arah Senja, "Menurut lo Taekwondo itu apa bagi hidup lo?"

"Kesenangan, ya hiburan gue kalo penat." Jawab Senja dengan raut wajah berpikir.

"Sama, nge-BEM kayak gini tuh hiburan buat gue."

"Udah gila ya lo?! Sejak kapan jadi budak proker itu hiburan?"

Akash kembali tertawa, "Lo ga nemu titik hiburnya, Ja. Makanya lo pikir gue gila."

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang