"Lo masih marahan sama Akash?" Tanya Langit yang kini tengah mengaduk-aduk ketoprak di depannya.
Laki-laki itu siang tadi sengaja pergi ke fakultas Senja hanya untuk meminta Senja menemaninya makan ketoprak. Karena wacana yang diberikan Langit adalah Senja akan ditraktir, maka secara sukarela perempuan menuruti ucapan Langit.
"Lagi ga ketemu aja." Jawab Senja santai bersamaan dengan suapan ketoprak yang masuk ke dalam mulutnya.
"Jangan lama-lama marahannya."
"Kenapa?"
"Gue yang pusing, tolong."
"Kenapa pusing? Yang lagi marahan 'kan gue sama Akash."
"Soalnya gue bingung. Kalo lagi sama lo, kayak ga nemenin Akash. Kalo lagi main sama Akash, kayak ga nemenin lo. Udah seminggu, Ja. Besok ulang tahun Akash juga."
"Coba lo tanya ke dia, masih bisa ga tuh quality time bertiga sama kita?" Senja bertanya dengan tangan kanannya yang memegang sendok dan raut wajah meremehkan.
"Gue tuh bingung ya kalian marahan karena apa? Padahal waktu itu gue juga ada di tempat itu, tapi aneh aja kenapa gue ga ngerti?"
Senja mengangkat kedua pundaknya tak ingin menjawab pertanyaan Langit.
"Tapi Ibu sama Ayah lagi ga dirumah, Ja."
"Kenapa?"
"Nganterin Aby olimpiade di Padang."
"Dih, bisa pinter juga itu anak?" Tanya Senja dibarengi dengan tawa.
"Anak Ayah mana ada yang ga pinter. Cover-nya aja si Aby mah pecicilan, ga kayak Akash yang diem, tapi otak mereka ya sama aja."
Senja mengangguk, "Bener. Gue rasanya mau ikutan dapet gen Ayah-nya Akash."
Langit tertawa sebentar lalu mencoba menelan ketoprak yang sudah berada di dalam mulutnya, "Pokoknya jangan lama-lama deh lo marahan sama Akash. Kasian juga dia sekarang harus jagain Anin di rumah sendiri. Apalagi besok ulang tahunnya, kita masih marahan lagi. Makin kasian gua liat Akash kesepian."
"Iya-iya, kalo ketemu. Gue juga bilang tadi, lagi ga ketemu aja."
"Halah, terakhir kali juga lo menghindar dari dia ya."
"Kok lo tau?"
"Gue liat, 'kan waktu itu gue bener-bener abis teleponan sama lo. Terus Akash manggil-manggil tapi lo malah matiin lampu kamar."
"Gue waktu itu masih emosi kali??"
Langit meminum es jeruk di depannya, "Pokoknya jangan lama-lama."
"Iya, anjir. Bawel banget."
"Kalo gue ga gini, ga baikan nanti."
"Berisik. Cepet abisin ketoprak lo aja deh, gue abis ini ada kumpul kelompok belajar."
"Anjay, sok ngide lo belajar."
Senja memukul lengan Langit, "Gue juga pinter ya, sat."
"Gue ga bilang lo bodoh, njir!"
"Kalimat lo tersirat banget ngatain gue."
"Terserah dah, gue ga mau jadi Akash berikutnya yang lo hindarin."
Senja mencibir tanpa bersuara pada Langit. Setelah mereka berdua sama-sama mengistirahatkan perutnya, Langit membawa Senja kembali ke fakultasnya. Walau matahari sudah memberi tanda akan jatuh di sebelah barat, tetapi kehidupan mahasiswa memang sepertinya menuntut untuk tidak tahu apa itu cerahnya dunia. Senja bahkan lebih sering kesal karena semenjak menjadi mahasiswa, ia merasa 24 jam selama satu hari adalah waktu yang sangat singkat untuk dijalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...