CHAPTER 13 : Cewe tuh gampang marah, ya?

26 5 0
                                    

Senja mendudukan dirinya tepat di kursi yang berada dibelakang Langit. Setelah mereka memilih untuk makan bersama dengan adanya keberadaan Kaleena, kini Akash mengajak Kaleena untuk pulang bersama mereka. Jika harus dikatakan, sebenarnya perasaan Senja sudah campur aduk sedari tadi. Ia kira hari ini adalah waktunya mereka bertiga untuk berkumpul dan bermain setelah banyak waktu yang tidak bisa mereka luangkan secara bersamaan.

"Sakit, Ja?" Senja menoleh pada Kaleena yang berada disamping dengan tatap khawatir.

Mendengar ucapan Kaleena, kedua laki-laki yang berada di kursi depan seketika menoleh. Tangan Langit terjulur pada dahi Senja mencoba memeriksa suhu tubuh perempuan itu.

"Ga panas kok."

Senja hanya menyunggingkan senyumnya sebentar dan melirik Akash sebelum memilih menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia tempati.

"Kenapa, Ja?" Kini Akash yang mencoba fokus dengan jalanan walau sesekali memeriksa kondisi Senja melalui spion tengah mulai bersuara

 "Cape aja." Ucap Senja menatap mata Akash lewat spion tengah dengan tatapan yang tak mampu Akash artikan sebelum perempuan itu memilih untuk melipat kedua tangannya dan memiringkan kepala ke arah luar jendela. Matanya perlahan menutup walau tidak sepenuhnya ia ingin tertidur dalam kondisi ini. "Gue mau tidur, kalo udah sampe ngomong."

Tak ada jawab dari siapapun selain suara mobil yang melaju dan klakson kendaraan lain di sekitar mereka. Sesekali pendengaran Senja menangkap tawa Langit dan Akash diiringi oleh candaan yang keluar dari mulut Kaleena.

'Sial.' Sumpah serapah sepertinya sudah banyak keluar dari dalam hati Senja menerima keadaannya yang ambigu ini. Perempuan tersebut juga tak mengerti mengapa ia begitu gelisah dan menjadi cukup kesal saat ini.

"Jadi kalian bener-bener dari kecil temenan?" Kaleena bertanya pada kedua laki-laki didalam mobil.

"Ya gitu, bahkan kita dari TK sampe SMA satu sekolah terus." Suara Langit terdengar memberi jawaban pada Kaleena.

"Ga pernah gitu ada orang lain yang masuk di circle kalian?" Tanya Kaleena kembali.

'Ga pernah. Dan ga akan pernah bisa.' Rasanya Senja ingin sekali terbangun dan berteriak di depan wajah Kaleena mengatakan hal ini.

"Ga pernah sih, kita emang punya temen-temen lain di sekolah. Tapi ya tetep aja balik bertiga lagi. Kalo di SMA, kayaknya satu sekolahan juga udah tau circle kita susah ditembus." Langit menepuk lengan Akash, "Ya 'kan, Kash?"

Akash mengangguk perlahan, "Circle di sekolah ga bisa disamain sama pertemanan gue, Langit, sama Senja. Kita bertiga bukan cuma berarti teman yang kayak teman biasa. Bahkan sahabat aja ga bisa jadi definisi yang cukup buat kita."

Dibalik tidur pura-puranya, Senja tersenyum puas mendengar jawaban Akash.

"Senja beruntung ya punya teman yang lebih dari teman kayak lo sama Langit, Kash. Gue iri."

Langit tertawa cukup kencang, "Ini kalo Senja bangun pasti dia udah sombongin diri sih."

"Kenapa?"

"Ya soalnya, walaupun Senja tuh emang suka banyak bacot, suka ngajak berantem, suka ngomel, tapi ga ada yang bisa ngalahin Senja buat jadi prioritas kita."

"Prioritas? Maksud lo?"

Langit mengubah posisinya menjadi sedikit menghadap kepada Kaleena.

"Lo pernah ga sih nemu di sekolah, ada satu peraturan ga tertulis tapi semua orang bener-bener inget sama peraturan itu."

"Ya tata tertib sekolah 'kan ada yang tertulis, ada juga yang ga tertulis, Lang. Gue pasti tau lah."

Langit tertawa seraya mengibaskan tangan kanannya, "Bukan peraturan yang dibikin sekolah, peraturan yang ada diantara anak-anaknya aja."

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang