CHAPTER 8 : Cewenya Akash?

33 7 2
                                    

Akash memakan roti yang berlapiskan selai coklat digenggamannya. Ditengah kegiatannya, Anindita dan Abyasa menuruni tangga dengan suasana canggung dan mulai duduk di meja yang sama dengan Akash.

"Masih?" Tanya Akash pada keduanya.

Ibu Akash berjalan menuju ke tiga anaknya seraya menaruh tiga gelas susu pada mereka.

"Dijawab kalo Masnya nanya." Ucap Ibu.

Abyasa berdeham sebentar, "Mas, dapet salam dari Bu Indri."

"Salam balik, By." Akash meminum susu untuknya, "Makasih ya, Bu."

Setelah berterimakasih pada Ibu, Akash melipat kedua tangannya dan menaruhnya di atas meja. Badannya mencondong ke arah si kembar yang kini masih sama-sama canggung.

"Mau sampe kapan diem-dieman?" Tanya Akash lagi.

"Anin ga bisa nerima alasan Aby, Mas." Kini adik perempuan Akash mulai bersuara.

Terlihat Aby yang kini mulai menghela napasnya perlahan. Akash tersenyum melihat adik laki-lakinya yang begitu tidak terima dengan ucapan Anin, tetapi ia juga tak mampu membantahnya.

"Lo maunya gimana?" Kini Abyasa bertanya pada adik perempuannya itu.

"Ga tau."

"Kalo Rio emang bener orangnya, gue ga akan semarah kemarin tau lo deket sama dia, Nin."

"Tapi lo ga bisa nilai orang segampang itu, By."

"Gue cukup tau Rio dibanding lo."

"Apa? Gara-gara dia mantannya pacar lo yang sekarang?"

"Ga ada hubungannya sama cewe gue ya, Nin."

"Lo ga kenal Rio."

"Gue kenal, Nin."

"Diem. Gue ga mau denger lo nilai Rio aneh-aneh lagi."

Abyasa mengacak rambutnya sendiri, "Terserah lo, Nin. Jangan pernah bilang, kalo gue ga pernah coba peringatin lo tentang Rio."

Setelah menyelesaikan omongannya, Abyasa menghabiskan susu miliknya dan membawa gelas tersebut ke wastafel sebelum dirinya melangkah menuju kamarnya. Ibu mendekati anak perempuannya itu, mengelus pundak Anindita secara perlahan.

"Dibagian mana kamu ga bisa nerima alasan Aby, Nin?" Tanya Akash pada Anindita.

"Anin tau kalo Aby punya niat baik ngasih tau Anin, Mas. Tapi boleh ga biarin Anin sendiri yang tau kalo emang Rio itu ga bener?"

"Omongin baik-baik sama Aby mau kamu kayak gimana. Aby cuma mencegah kamu nyakitin diri sendiri kayak gitu, dan mas rasa ga salah apa yang Aby lakuin ke kamu ini."

"Kalo Anin tau sendiri Rio ga bener, Anin juga ga bakal deket sama dia. Anin bakal nurutin apa yang Aby bilang, Mas. Tapi Anin ga bisa cuma nurutin omongan Aby tanpa tau langsung atau punya bukti. Sejauh ini Rio baik sama Anin. Anin ga bisa ngeliat jelek orang lain cuma karena omongan orang, walaupun itu omongan kembaran Anin sendiri." Ucap Anindita panjang lebar.

Akash mengangguk dan menepuk puncak kepala Anindita perlahan, "Iya, Mas tau mau kamu. Omongin baik-baik sama Aby, ya? Jangan sampe pas Ayah pulang dari luar kota, kalian masih marahan kayak gini."

Mendengar ucapan Akash, Anindita mengangguk dan menyelesaikan sarapannya. Akash yang sudah menyelesaikan sarapan miliknya sedari tadi, kini mulai membawa gelas dan piringnya ke wastafel. Setelah itu ia ambil tas yang sudah ia siapkan di sofa dan mulai berjalan ke arah Ibunya.

"Akash berangkat ya, Bu." Ucap Akash seraya mencium pipi sang Ibu.

"Makasih ya, Mas." Ucap Ibu yang kemudian diangguki Akash sebelum dirinya keluar dari rumah itu dan membawa motornya membelah kota di pagi ini.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang