CHAPTER 23 : Lapangan Basket.

13 4 0
                                    

Langit melangkah mundur dengan paksa kala Senja secara tiba-tiba menempelkan es krim yang berada di tangannya pada kaus yang Langit kenakan.

"Kaos gue ga minta es krim lo sama sekali, njir." Protes Langit seraya membersihkan es krim yang menempel.

Senja merengut kesal dan memukul pundak Langit cukup kencang, "Gila ya lo maju-maju deket banget?!"

"Apaan sih?" Langit bertanya dengan tatapnya yang masih fokus membersihkan kausnya yang kotor.

"Lo gila."

"Aneh lo, sat."

"Emang anak setan. Gue kaget, anjir. Lo maju mepet banget ke gue."

"Biasa aja dong."

Senja membulatkan matanya mendengar ucapan Langit dan mencoba untuk menahan emosinya agar tidak meledak. Laki-laki itu sepertinya memang tervalidasi mempunyai hobi untuk selalu membuat Senja kesal ketika menghadapinya.

"Gue cuma mau ngasih tau kalimat yang tadi ada di drakor." Langit mengusap sekali lagi bekas es krim yang ada di kausnya, lalu kembali memperhatikan Senja yang masih memasang wajah sebal. "Bener 'kan, Ja?"

"Apa?" Jawab Senja dengan nada ketus.

"Kalimatnya."

"Bener apaan? Ga usah ga jelas malem-malem ya lo. Ngeri banget kesurupan Mba Kukun tiba-tiba."

"Setan." Setelah mengucapkan kata itu Langit tertawa sesaat, lalu secara perlahan tangan kanannya menempel di kepala Senja sebelum mengacak rambut perempuan itu. "Cewe bego dah lo."

"Bangsat." Lagi-lagi secara mudah tangan Senja mampu melayang untuk memberikan pukulan pada Langit. "Ga jelas lo."

Langit kembali tertawa, "Udah, balik kanan grak!"

"Udah? Gitu doang?" Tanya Senja.

"Iya." Langit memutar badan Senja hingga perempuan itu kini sudah menghadap ke arah rumahnya. "Sekarang tidur, soalnya besok pagi ketemu gue lagi buat berangkat ngampus."

"Oke, kang ojeeekkk." Senja menjawab seraya berjalan memasuki rumahnya dan memperpanjang pengucapannya diakhir kata.

Langit tertawa sekali lagi bahkan hingga perempuan itu sudah menghilang dibalik pintu rumahnya. Senja memang selalu mampu membuat Langit perlu berpikir berulang kali tentang mengapa harus Senja yang Langit suka dengan perasaan sedalam ini. Perasaan yang tanpa Langit sadari tetap terjaga selama bertahun-tahun adanya.

Padahal dengan jelas Langit selalu memiliki predikat buaya dan playboy. Senja sendiri selalu memanggilnya seperti itu disetiap keadaannya. Banyak juga perempuan yang memang dekat dengan Langit, bahkan laki-laki itu memiliki asrama perempuan di dalam handphone miliknya. Lalu bagaimana bisa ia mengaku bahwa perasaannya pada Senja sudah berjalan dalam hitungan tahun?

Dengan cukup yakin Langit akan menjawab bisa, karena sebenarnya semua itu hanya akal-akalan Langit untuk menutupi perasaannya saja. Jika diingat, terakhir kali Langit berpacaran adalah saat ia berada di Sekolah Menengah Pertama. Saat itu pula Senja terlibat pertengkaran dengan pacar Langit di lapangan belakang sekolah. Senja dengan keahlian bela dirinya membuat pacar Langit kala itu harus izin sakit selama dua hari.

Saat itu pula Langit malah memutuskan pacarnya, laki-laki itu malah menyadari bagaimana perasaan suka pada sahabat perempuannya itu mulai tercipta. Namun sayangnya, Senja tak mengetahui alasan benar Langit putus. Senja pikir, saat itu Langit hanya melakukan aksi solidaritas untuk sahabat kecilnya. Padahal untuk Langit, saat itu adalah bukti pertamanya untuk mengakui ke diri sendiri bahwa ia menyukai Senja.

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang