Padatnya jalanan kota sore ini tak menghambat Akash untuk menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman. Laki-laki itu memegang stir mobilnya dengan cukup erat menggambarkan bagaimana perasaan tidak sabar yang sedang ia rasakan. Akash cukup senang mendapati dirinya kini telah pulang ke rumah dengan melepas segenap beban yang akhir-akhir ini selalu ia bawa.
Acara donor darah yang telah mengambil banyak fokusnya, kini telah usai dengan sempurna. Ketua pelaksana memilih untuk melakukan evaluasi langsung setelah berakhirnya acara, sehingga kegiatan itupun menjadi penutup dari semua rangkaian yang sudah menyita waktunya cukup lama. Tak terhitung lagi berapa orang yang terheran-heran ketika melihat Akash yang malah berwajah gembira kala satu ruangan memasang wajah tegang akibat evaluasi besar-besaran yang diberikan oleh Steering Committee. Akash tak mampu menutupi perasaannya untuk segera pulang dan bertemu dengan Senja. Ia ingin cepat menyelesaikan permasalahnya, serta bertemu perempuan yang sudah sangat cukup lama tak pernah ia temui lagi.
Akash bergumam asal mengikuti lagu yang sedang terputar di dalam mobil. Sesekali kepalanya mengangguk mengikuti irama dengan antusiasnya. Hal itu terus ia lakukan hingga mobil yang dikendarainya kini telah berhenti tepat di dalam garasi rumah. Setelahnya dengan tergesa tangan laki-laki itu mengambil tas yang berada di kursi penumpang sebelum melangkah cepat menuju kamarnya.
"Mas, kata Ibu kalo mau makan nanti beli pecel lele apa nasi goreng aja. Soalnya serumah udah makan sebelum Mas Akash pulang." Abyasa berteriak di depan pintu kamar mandi Akash yang dibalas dehaman laki-laki di dalamnya.
Setelah menyelesaikan kegiatan membersihkan diri, Akash berjalan perlahan menuju balkon kamar. Kepalanya ia condongkan untuk mengintip keadaan kamar di sebelahnya dengan pintu balkon tertutup rapat tetapi lampu kamarnya sudah menerangi ruangan itu.
Akash tersenyum, walau tak tahu bagaimana keadaan manusia yang berada di dalamnya, tetapi hal itu sudah cukup untuk membuatnya senang mengetahui Senja sedang berada di rumah.
***
Senja melempar tubuhnya ke atas kasur miliknya. Tangannya perlahan mengangkat sebuah piagam kemenangan yang baru saja ia dapatkan siang ini. Piagam itu cukup bagus dan cukup untuk membuat siapapun yang memilikinya akan merasa bangga, tetapi tidak untuk Senja. Perempuan itu hanya mampu menatap piagam itu dengan pandangan kosongnya. Ia merasa tetap ada yang salah walau semua orang menyelamati apa yang telah ia peroleh. Senja tak sebahagia teman sekelompoknya, perempuan itu malah menghembuskan napas beratnya kala semua temannya mengucap syukur karena perlombaan ini telah usai.
Tangan Senja yang lain meraih handphone yang berada di saku celananya. Ia usap perlahan layar handphone miliknya dari atas ke bawah, memperlihatkan sebuah notifikasi yang sama sekali tak ia buka atau hapus dari daftar notifikasi. Senja membiarkan nama laki-laki itu tetap ada di sana, walau hanya sebuat kata selamat akan kemenangan Senja seperti ucapan lainnya yang ia terima.
"Serius ga mau makan nasi goreng depan perumahan?"
Senja menoleh ke arah pintu kamar yang telah terbuka dan menampakkan sang Kakak sedang melipat kedua tangannya di dada seraya bersandar. Perempuan itu menggeleng perlahan menanggapi pertanyaan Kakaknya dengan posisi yang tak berubah.
"Lo kenapa sih? Ga seneng menang lomba?"
"Seneng lah." Ucap Senja dengan senyum tipisnya.
Nakula mengerutkan alisnya, "Terus kenapa? Makan kalo emang lo seneng menang lomba. Gue udah biarin sikap lo kayak gini selama seminggu, itu juga gara-gara lo bilang lagi pusing mikirin lomba. Sekarang lo udah menang, lo udah ga bisa jadiin lomba alasan buat kayak gini lagi, Ja."
Senja kembali tersenyum, hidup 18 tahun bersama kakaknya tak akan membuat laki-laki itu melupakan bagaimana tipikal Senja. Nakula sangat mengenal Senja dan semua marah yang dipunya. Adiknya adalah si sosok egois yang tak pernah bercerita tentang masalahnya, walau semua orang disekitarnya telah bingung menghadapi dirinya. Senja akan tetap memilih diam hingga ia merasa baik dengan sendirinya. Namun kali ini Nakula rasa cara untuk menjadi baik yang dipilih Senja cukup lama dan menguras tenaga, perempuan itu memilih jalan sulit untuk memperbaiki amarah yang dimilikinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260862457-288-k610301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...