Hari Minggu pagi dengan cuaca cerah menjadi pilihan tepat bagi Akash, Langit, dan Senja untuk duduk manis di belakang gerobak penjual bubur taman kompleks. Jam 5 pagi tadi Senja sibuk berteriak di depan kamar Akash dan Langit mengajak mereka untuk lari pagi mengelilingi perumahan. Kesibukan mereka di pertengahan kelas 12 ini jadi alasan Senja akhirnya memaksa mereka untuk lari pagi demi menjaga kesehatan fisik dan juga mental tentunya.
"Ja, kalori yang kebuang dari jogging ga ada gunanya, anjir." Nyinyir Langit ketika melihat bubur pesanan Senja yang memiliki tambahan dua tusuk sate telur puyuh dan satu tusuk sate usus ayam.
"Kata Papa, ga papa makan banyak asal sehat. Lagian badan gue juga ga bakal gendut gara-gara makan bubur doang." Ucap Senja seraya memakan satu tusuk sate telut puyuh.
"Emang sih lo harus bersyukur badan lo ga gampang gede dengan porsi makan lo yang melebihi kuli proyek kayak gini."
Senja mencibir tanpa suara di tengah kunyahannya mendengar ucapan Langit yang setengah menghina itu.
"Ngomong-ngomong, sebenernya akhir-akhir ini ada yang lagi ngedeketin gue." Langit tertawa mendengar ucapan Senja yang tiba-tiba itu.
"Kelebihan kepercayaan diri lo. Tau dari mana dia ngedeketin lo?? Siapa tau dia cuma mau nawarin Netflix premium, Ja."
"Serius gue, Lang."
"Gue juga serius, Jaja. Sekarang lagi banyak banget orang kayak gitu."
"Dede gemes lo kayak gitu, ya?"
"Engga lah, dede gemes gue mah asli emang pada naksir sama gue."
Senja meninju pelan lengan Langit, "Gila."
"Siapa, Ja?" Tanya Akash kali ini.
"Si Farel, kelas sebelas kemarin dia sekelas sama gue." Senja menyeruput es teh manis miliknya, "Dan semalem dia confess."
Akash dan Langit sama-sama menoleh kaget menatap Senja.
"Farel anak futsal? Yang taun lalu jadi kapten futsal? Yang itu? Terus gimana? Lo terima, Ja?" Tanya Langit dengan heboh.
"Iya, Farel yang itu. Dia cuma nyatain perasaan, anjir. Katanya udah lama suka sama gue, tapi ga berani bilang."
"Terus kenapa sekarang berani?"
"Ya ga tau. Gue bukan Farel." Jawab Senja setengah emosi.
"Jangan pacaran dulu, Ja. Kita sekarang kelas 12, bentar lagi juga banyak ujian, UTBK udah mau deket." Ucap Akash.
"Iya-iya, gue tau. Ga mungkin juga sih kalo pacaran di masa ribut kelas 12 kayak gini. Bisa-bisa di omelin Mama gue."
"Tapi sebenernya lo suka sama dia?"
"Nyaman aja sih temenan sama Farel tuh. Ga tau kalo suka mah."
"Nyaman?"
"Dulu waktu sekelas, gue sama dia emang suka tukeran tugas. Ya lo berdua tau sih, anak-anak cewe kelas gue waktu itu 'kan pada ga suka sama gue gara-gara deket sama kalian. Jadi gue deketnya sama Farel, deh."
"Berarti suka, Ja?" Tanya Langit mencoba mempertegas kembali.
"Ga tau, gue ga tau suka apa engga. Gue cuma bisa bilang nyaman."
"Gaya lo cuma bisa bilang nyaman. Awas aja kalo lo diem-diem sampe pacaran, gue bakal ngadu sama Mama biar lo dimarahin." Ucap Langit dengan raut wajah meledek.
"Serius gue, Lang. Ga usah pake ngadu ke Mama lah. Gue aja udah ngeri kalo ngomongin cowo ke Mama. Lo berdua tau sendiri, Mama ga bolehin pacar-pacaran sebelum gue kuliah." Setelah mengatakan itu, Senja mengerucutkan bibirnya sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Dla nastolatkówKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...