Senja menutup buku kuliah miliknya sebelum menoleh pada Alya yang sedang dengan terburu-buru menyelesaikan catatan.
"Abis ini mau kemana?" Tanya Senja,
Alya merupakan teman dekat Senja dikampus, mereka berdua dipertemukan saat keduanya sama-sama kebingungan menjawab soal kalkulus saat awal semester. Saat itu secara kebetulan Senja dan Alya duduk di meja yang sama, mereka cukup geli jika mengingat bagaimana ekspresi putus asa keduanya saat dosen kalkulus mulai memutari kelas memeriksa setiap pengerjaan mahasiswanya.
Alya merapikan bukunya masih dengan terburu-buru tanpa memberi respon pada pertanyaan Senja. Saat tas miliknya sudah tersampir dipundaknya, ia baru menoleh dan menatap Senja dengan senyumannya.
"Maaf ya, gue ada latihan biola hari ini."
"Oh ya udah, ga pa-pa. Gue nanya doang kok." Senja tersenyum seraya mengangguk. "Ya udah sana, nanti keburu telat."
Mendengar perintah Senja, Alya kemudian pergi meninggalkan kelas. Kini Senja memutari pandangannya ke seisi kelas yang hanya tersisa beberapa orang saja, hingga akhirnya perempuan itu memilih untuk meninggalkan kelas dengan tangan yang sibuk memegang buku catatan. Hari ini tas miliknya cukup penuh dengan buku-buku perpustakaan yang memang direncanakan akan ia kembalikan hari ini.
Langkah kaki Senja membawa perempuan itu memasuki perpustakaan dan mulai mengurus administrasi pengembalian buku yang ia pinjam. Setelah urusannya selesai, Senja berjalan menuju gerbang depan kampusnya. Pikirnya sudah tidak ada apa-apa lagi untuk dilakukan, lebih baik untuk segera pulang dan beristirahat.
"Kak, permisi." Senja menoleh saat sebuah suara memanggil tepat disampingnya. "Boleh nanya sesuatu?"
"Iya?"
"Ruang C205 dimana ya?" Tanya seorang laki-laki diantara kerumunan pria dengan seragam SMA itu.
"Di gedung yang itu ya, nanti naik aja ke lantai dua." Ucap Senja seraya menunjuk sebuah gedung. "Mau olimpiade ya?"
Laki-laki itu mengangguk, "Iya, Kak. Makasih ya."
Senja tersenyum menanggapi ucapannya. Namun, baru beberapa langkah laki-laki itu berjalan, Senja sudah kembali memanggilnya. Kaki Senja melangkah mendekati laki-laki tinggi yang sedari tadi berinteraksi dengannya.
"Nih tissue, lo kebanyakan belajar ya? Itu tinta pulpen jadi kemana-mana." Senja menyerahkan satu pack tissue yang biasa ia bawa seraya menunjuk pipi laki-laki itu.
Dua lembar tissue sudah berhasil tertarik dari tempatnya. Laki-laki itu tersenyum canggung seraya membersihkan pipi miliknya. "Makasih ya, Kak."
"Sama-sama, gue duluan, ya. Semangat olimpiadenya."
Setelah mengatakan kalimat itu, Senja kembali melangkahkan kakinya. Bersamaan dengan langkah kecil yang dimiliki Senja, seseorang menyamakan langkah tersebut tepat disamping perempuan itu.
"Baik banget lo, Ja."
Senja menoleh kaget karena sedari tadi ia tidak menyadari keberadaannya.
"Kaleena?"
"Hai." Kaleena tersenyum seraya melambaikan tangan. "Sibuk ga?"
"Lo ngapain disini?"
"Nyamperin lo."
"Buat?"
Kaleena tertawa pelan, "Mau minta lo buat temenin gue, boleh ga?"
"Gue? Nemenin lo ngapain?"
"Akash minggu depan ulang tahun 'kan, Ja." Senja mengubah raut wajahnya terkejut. "Gue rencananya mau kasih Akash kado. Tapi bingung dia sukanya apa. Karena gue pikir lo pasti tau banget nih tentang Akash, jadi gue mau ngajak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Teen FictionKepada Senja yang paling cantik di alam semesta, kutitip doa pada-Nya agar kamu selalu baik-baik saja. Kepada Senja paling baik di alam semesta, beri aku senyummu maka akan kubuat kau jatuh cinta. Kepada Senja yang selalu ku sayang sepanjang masa, m...