Keadaan gue akhir-akhir ini semakin membaik. Gue udah gak bolos ekskul lagi ataupun nolak ajakan Yeri dan Tzuyu buat shopping.
"Ini aja kak?"
"Iya"
"Totalnya 34.000 kak"
Gue nyerahin uang 5 ribuan tujuh lembar. Receh.
"Kembali seribu ya kak. Gak sekalian onigirinya kakak? beli 2 gratis 1" tawar mba kasir. Gue menggeleng.
"Atau oreonya kak? kami lagi ada promo, jadi harganya 14.000 aja"
"Nggak mba"
"Apa mau isi pulsa aja ka-"
"Woy cepetan njir, ditunggu mak gue nih dirumah" sindir seseorang yang ngantri di belakang gue.
Gue noleh ke belakang, "Jaemin?"
"Cepetan kalo mau belanja, emak gue dah koar-koar nih di chat" dan gak lama kemudian gue ngambil kresek belanjaan gue lalu cabut dari sana.
Makasih Jaem. Karena lo, gue terhindar dari tawaran promosi mba-mba kasir yang menyebalkan.
Di jalan gue ngelamun, gatau kenapa gue jadi kepikiran sama sikap Mark akhir-akhir ini. Dia yang jadi lebih peduli, lebih sering ngasih gue pelukan, dan lebih sering main kerumah buat nengok gue.
Ya bukan berarti sikap Mark yang dulu tuh gak kaya gitu, tapi rasanya... beda aja gitu. Yeah you know what i mean.
Terlalu asyik melamun hingga gue gak sadar ketika gue nyebrang, ada mobil berkecepatan tinggi yang siap menghatam tubuh gue.
Beruntungnya beberapa saat sebelum mobil itu nabrak gue, ada orang yang narik tangan gue dan alhasil gue jatuh ke dalam dekapannya.
"Nyari mati lo hah?!" itu Mark, orang yang daritadi gue pikirin dan orang yang barusan narik gue.
"Dek? adek gapapa? aduh saya minta maaf tadi saya sedikit gak fokus" ujar seorang wanita yang baru keluar dari mobil, mobil yang nyaris nabrak gue barusan.
Gue cepet-cepet melepaskan diri dari dekapan Mark, "Iya tante saya gapapa, maaf juga karena saya melamun tadi"
Wanita tadi cuma senyum lalu menggangguk dan pergi dengan mobilnya.
Gue berbalik dan menatap Mark, "Lo kok bisa disini?"
"Say thanks dulu kek, gue udah nyelametin lo dari bahaya lho" ujar Mark dengan muka songongnya.
"Iya iya, makasih. Sekarang jawab pertanyaan gue, kenapa lo ada disini?"
"Just walking"
Mark akhirnya ngerangkul gue, "Gue anter pulang deh. Firasat gue gaenak kalo lo pulang sendiri" dan senyum tipis.
Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, gue deg degan ketika dirangkul oleh seorang Marklee.
Nggak, gak mungkin gue jatuh cinta sama Mark. Tapi akhir-akhir ini gue juga jadi sering mikirin Mark. Astaga, sadar Hyera, bukannya gue udah punya kak Doyoung?
Ah iya juga, soal kak Doyoung. Gue masih belum mau—lebih tepatnya belum berani— nemuin dia. Setiap liat kak Doyoung, bayangan kejadian kala itu melintas dipikiran gue dan makin bikin gue sakit hati.
Apa iya gue harus coba ngelupain kak Doyoung dan coba buka hati buat Mark. Eh tapi, apa Mark juga suka gue? aduh gue mikir apaan sih ya ampun.
"WOY! udah gue bilang jangan ngelamun terus" sentak Mark yang membuat gue tersadar dari pikiran-pikiran gajelas gue tadi.
Mungkin lebih baik sekarang gue jalani apa yang ada dulu aja kali ya.
+TBC+
mwehehehe udah setengah abad sepertinya aku gak update. Tapi tenang saja karena aku kembali yeyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror - Kim Doyoung [✔]
RandomSemua dimulai ketika Doyoung yang terus menerus mendapat surat terror di lokernya. ©peaBlue, 2020