31

637 55 4
                                    

18:00

Yoongi memarkirkan mobilnya di garasi, kemudian berjalan memasuki rumah besar yang terlihat seperti rumah angker yang tak berpenghuni, pasalnya rumah yang hampir menyerupai istana itu terlihat gelap gulita, hanya tersinari oleh pancaran lampu jalan dan pantulan dari cahaya bulan yang tidak begitu terang.

Yoongi terus menyusuri setiap lorong rumahnya, menekan setiap saklar lampu yang terdapat dibeberapa bagian rumahnya seraya mencari keberadaan sang istri yang sudah membuatnya tak fokus bekerja seharian ini

"Nara?! Aku pulang!" Suaranya menggema disetiap sisi ruangan yang ia lewati, suasana rumah begitu sepi hanya ada suara jarum jam yang berdenting mendominasi rumah megah itu.

"Nara?!" Panggilnya sekali lagi. Dan masih tak mendapat jawaban apapun, tak ada seorangpun yang menyahuti panggilannya, bagaimana tidak, dirumah itu hanya ada Yoongi yang terus berteriak memanggil-manggil Nara, tak ada orang lain ataupun Nara.

Yoongi panik, ia berlari mengelilingi setiap sudut rumah, mencari sosok Nara yang tak ia temukan sedari tadi, terus berlari dengan sesekali mengecek ponselnya yang ia harapkan akan memberinya petunjuk tentang keberadaan Nara.

Karena sudah putus asa mencari didalam rumah kemudian ia memutuskan keluar, mengarahkan kakinya kerumah tetangga baru yang menjadi satu-satunya harapan terakhir baginya, semoga saja Nara ada disana, batinnya.

"Pagarnya tidak dikunci?" Yoongi langsung masuk ke wilayah pekarangan rumah besar itu, keadaannya sama, rumah itu terlihat gelap dan tak berpenghuni, hanya tersinari oleh lampu temaram yang berkedip disebuah kamar yang bisa ia lihat dari luar. Rumah tetangganya lebih menyeramkan, sungguh.

Hal itu membuat Yoongi semakin khawatir, bayang-bayang soal peneror yang sudah kembali, kembali menyeruak masuk dalam fikirannya, membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang terus berputar memenuhi kepalanya.

Tapi kemudian ia tepis segala fikiran buruk itu, ia mencoba untuk tetap tenang dan berfikir positif. Ia menggeleng seorang diri, menghirup udara lalu menghembuskannya kasar.

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi?!.. Permisi?!.. Jessica?!.. Aku ingin menjemput Nara!" Suara Yoongi mendominasi suara-suara makhluk hidup lain yang bersahutan ramai, menghancurkan segala kebisingan yang tercipta dari serangga-serangga malam yang menjerit-jerit memekakkan telinga.

"Permisi?!.. Nara! Ayo pulang, ini sudah malam!" Teriaknya lagi dan masih sama, tak ada seorangpun yang menyahutinya

Yoongi berjongkok, kakinya terasa keram karena terus berdiri sedari tadi, mengolah fikirannya supaya tak memikirkan hal-hal buruk yang memang memenuhi kepalanya dari tadi.

"Mereka kemana? Astaga aku khawatir sekali. Aku tunggu saja, siapa tahu mereka sedang berbelanja lalu lupa pulang gara-gara keasyikan" Monolognya menenangkan diri.

Yoongi duduk sendirian di teras rumah yang tidak lebih besar dari rumahnya itu, menggosok-gosokkan telapak tangannya guna menghilangkan hawa dingin yang mulai menyeruak kedalam kulit putihnya. Bahkan ia melupakan cacing-cacing di perutnya yang sedang berdemo minta makan, ia terus fokus menunggui Nara didepan rumah Jessica.

"Akh! Ini sudah jam sebelas malam, mau sampai kapan aku menunggu disini?. Apa aku pulang dulu saja, mungkin Nara sudah dirumah"

Yoongi melangkahkan kakinya kembali kerumah, berharap menemukan seseorang yang ia tunggui dari tadi sedang tertidur nyenyak di kamarnya, semoga saja.

"Nara?!" Teriaknya setelah membuka pintu bercat hitam yang menutupi kamarnya. Dan tak ada siapapun disana.

"Apa mungkin Nara dirumah Yuna?"
Ia merogoh saku hoodie yang ia kenakan, mengeluarkan benda pipih berwarna hitam itu, mengusap usapnya sebentar lalu menempelkan nya pada telinga.

MINE | Min yoongi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang