CHAPTER 48

1.1K 42 0
                                    

[ CHAPTER 48 : I Need You ]

H A P P Y   R E A D I N G

Rendy diam. Rendy yang Arga kenal tidak sedingin ini, bahkan selalu banyak bicara. Namun setelah kejadian tadi, Rendy menjadi sosok yang berbeda. Tidak banyak bicara, bahkan respon ucapan nya saja membuat Arga bingung.

"kata dokter apa bang?" tanya Arga yang berjalan mendekat kearah Rendy. Soal Airin, Rendy menitipkannya di suster rumah sakit ini, beruntungnya ia juga lagi bertugas disini.

•flashback on!

"bagaimana dok?" tanya Rendy dengan tatapan yang sulit diartikan.

Perasaan nya sudah campur aduk ketika dokter dihadapannya ini tidak banyak bicara seperti biasanya, ada rasa penasaran yang begitu dalam. Namun ada rasa khawatir disaat dokter itu tidak menatapnya.

"maaf dokter Rendy" ucap Rafi selaku dokter yang menangani Roza saat ini.

Rendy mengernyitkan dahinya, ia tak paham apa maksud dari ucapan seniornya ini. "maaf, maksudnya gimana dok?" tanya Rendy dengan sekali lagi yang membuat dokter Rafi melepas kaca matanya.

"pasien koma" jawabnya yang membuat rahang Rendy mengeras. Kini, rasa penasarannya sudah lunas. Namun ia khawatir dengan kondisi Roza yang sempat drop karna pengobatannya.

Rafi mengeluarkan hasil check nya, "apa pasien menderita leukimia dokter Rendy" tanya dokter Rafi yang diangguki oleh Rendy.

Rafi tersenyum kecil, ia menepuk pundak Rendy untuk memberikan kekuatan. "dia kekurangan darah, jika bisa. Apa dokter Rendy bisa mencari pendonor tsum-tsum belakang untuk pasien?" ucap Rafi yang membuat Rendy mengacak rambutnya frustasi. Bahkan untuk sampai saat ini, ia tidak pernah melihat kondisi Roza sampai separah ini. Dan ini yang pertama kalinya.

Rendy mengangguk, "baik kalo begitu. Saya permisi dok" pamitnya yang diangguki oleh dokter Rafi.

•flashback off!

Arga menjambak rambutnya frustasi, badannya jatuh begitu saja dilantai. Rasanya sakit kala ia mengetahui kondisi saudarinya itu. "Roza bisa sembuh?" tanya Arga yang diangguki oleh Rendy.

"bisa, percaya sama gue" jawabnya sambil menepuk pundak Arga dan membiarkan pemuda itu menangis.

"Arga takut kehilangan Roza bang" cicitnya yang diangguki oleh Arga. Bukan hanya Arga yang takut kehilangan perempuan kuat seperti Roza, tapi dirinya juga takut jika kehilangan Roza. Hatinya sakit, sakit sekali.

***

Hari telah berganti. Sudah seminggu Roza dirumah sakit ini, tidak ada perubahan dari Roza. Ia hanya tidur selama seminggu dan itu membuat Rendy tersenyum tipis.

Roza tidak lagi diruangan ICU, ia sudah dipindahkan ke ruang perawatan dengan alat-alat yang masih terpasang ditubuh mungilnya. Bahkan setiap obat yang dimasukkan, sudah Roza tolak sejak kemarin. Dan itu membuat kekhawatiran Rendy bertambah.

"Ja, gak capek tidur mulu? Gak kangen sama gue ya Ja? Airin nangis mulu, katanya kangen kakak cantiknya" ujar Rendy sambil menatap sendu wajah milik Roza yang pucat.

Rendy melihat kearah jam, sudah saatnya ia bertugas. Dengan hati yang berat, ia menitipkam Roza dengan suster dan melanjutkan langkahnya ke ruangan nya.

Roza Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang