CHAPTER 39

1K 41 3
                                    

[ CHAPTER 39 : German ]

H A P P Y   R E A D I N G

Setelah kejadian Roza yang menolak liburan bersama anak CAKRAWALA pun ia justru merasa cukup tenang sekarang. Ditambah sekolah yang sudah meliburkan mereka dan membuat dirinya bisa beristirahat dengan tenang. Ia memiringkan badannya saat punggungnya terasa sakit sekali, badannya sudah menjadi sangat kurus dan kulitnya yang menyusut. Ditambah dengan beberapa luka memar disekujur tubuhnya. Ingin sekali Roza menangis, namun itu hanya membuat dirinya semakin tersiksa.

Roza mencari ponselnya yang ia taruh di atas nakas, ia segera melihat pesannya yang sudah dibalas oleh pihak rumah sakit di luar negeri. Iya, Roza sudah memutuskan untuk melanjutkan pengobatannya di luar negeri dan menjalankan hari-harinya disana. Tidak ada yang tahu tetang berita ini, bahkan bi Ami dan pak Kumis saja tidak tau.

Roza tersenyum senang kala ia sudah mendapatkan dokter yang tepat untuk merawatnya disana, ia juga sudah merapihkan beberapa pakaian dan memasukkan nya kedalam koper. Iya, hari ini, Roza berangkat ke negara German yang dimana ia akan membuka lembaran baru disana. Entah bisa atau tidak, Roza akan terus mencobanya. Meninggalkan orang-orang tersayang dan juga terdekatnya adalah hal yang sulit untuk Roza. Namun ia sudah bertekad untuk pergi dari negeri tersayangnya ini:)

Kini, Rozalia Athena sudah siap dengan pakaian nya. Simple, namun terlihat elegan. Roza mengambil slingbag nya dan segera turun kebawah dengan membawa satu koper dengan ukuran sedang itu. Baju, celana, dalaman, skincare, sepatu dan sandal sudah ia masukkan kedalam kopernya ini. Jika kurang, ia bisa membelinya disana.

***

Roza berpamit kepada bi Ami dan pak Kumis untuk berlibur ke luar negeri. Baginya, ini adalah alasan yang tepat jika kedua orang tuanya itu bertanya nantinya.

"jaga rumah ya bi. Roza bakal kangen sama masakan bibi!" ujarnya sambil melepaskan pelukan hangat dari bi Ami.

Roza tersenyum kepada pak Kumis, "kalo ada yang cari saya jawab Roza lagi liburan ya pak. Roza bakal pulang secepatnya kok. Doain ya, biar liburannya seruuu" ucapnya yang dibalas anggukan mantap oleh pak Kumis.

Roza menarik napasnya, ia berpamitan kepada sang penjaga rumah nya dan berjalan menuju ke ruang tunggu yang didalam.

Tidak, Roza tidak memberitahu bahwa dirinya akan pergi sekarang. Bahkan ia juga tidak berpamit ke sahabatnya dan para teman-temannya. Sudah cukup ia merepotkan mereka, kini dirinya harus berjuang sendiri. Persetan dengan kata solidnya.

***

Setelah 17 jam ia duduk manis di pesawat, kini tujuannya dinegara baru sudah sampai. Dingin. Dua kata itu mampu membuat Roza berdecak. Pasalnya, ia hanya menggunakan kemeja berwarna putih yang dibalut oleh hoodie navy diluarnya. Ia mengengelilingi bandara di kota Berkin ini dengan senyuman yang indah. Ada rasa senang kala ia sudah sampai disini, namun sedih kala ia tidak bisa bertemu dengan orang terdekatnya.

Roza mengecek ponselnya, tidak ada pesan masuk dari seseorang yang ia tunggu. Apa orang itu lupa dengan dirinya? Sepertinya tidak. Sampai seseorang menepuk pundaknya membuat ia harus menengok ke kanan.

"Rozalia Athena" sapa orang itu yang langsung dibalas pelukan hangat dari Roza. Iya, Adit Airlangga Pradipta. Seorang dokter sekaligus abang dari temannya ini mampu membuat Roza untuk pergi ke negeri German ini. Entah daya tariknya apa, namun Roza tetap mengikutinya.

Adit mengelus punggung Roza, "jangan bunuh gue disini Ja" cicitnya dengan nafas yang sesak. Roza yang mendengar itupun langsung melepaskan pelukannya dan tersenyum senang. Rindu. Roza Rindu dengan dokternya ini, sudah setahun ia tidak melihat wajah ganteng ini.

Adit menggenggam tangan mungil Roza dan menggeret tas koper itu sampai dimobilnya.

Tidak ada pembicaraan, Roza meminta untuk mengantarkannya ke Apartemen nya saja. Ia sudah menyewa disalah satu gedung bertingkat di German. Padahal, Adit ingin menawarkan tempat tinggalnya. Namun tak jadi kala ia mengingat hubungannya dengan Roza hanya sebatas dokter dengan pasien.

***

"nanti kalo ada apa-apa, kabarin saya aja. Saya pamit dulu" ucapnya yang diangguki oleh Roza.

"makasih dok!" teriaknya yang hanya dibalas acungan jempol dari Adit.

Roza menghela nafasnya. Capek. Badannya benar-benar ingin remuk sekarang juga, namun tidak bisa karna ada seseorang yang mengetuk pintu Apartemen nya.

"yes, just a moment" teriak Roza dengan mencepol asal rambutnya.

Ia mengintip terlebih dahulu, dahinya mengernyit kala yang ia lihat adalah seorang lelaki ganteng. Bule, bahkan lebih ganteng dari dokternya itu.

Roza membuka pintunya, matanya membola kala saudara lelakinya itu mengunjungi dirinya. Ia memeluk tubuh kokoh saudaranya sesekali ia menciumi wajah saudaranya itu.

"berat anjir, turun woi" teriaknya dengan tangan yang menahan Roza dan melangkah pelan masuk kedalam kamar saudarinya itu.

Arga Antariksa. Lelaki bule dengan darah yang tercampur, German dan Indonesia. Arga adalah anak dari adik ayahnya Roza. Tak heran jika keduanya dekat. Dulu, masa kecil Roza ditemenani oleh Arga yang umurnya beda 5 tahun dengannya. Bisa dibilang saat itu ia berumur 5 tahun dan Arga berumur 10 tahun. Semenjak kedua orang tuanya itu sudah sibuk dengan dunia pekerjaannya, Roza dititipakan kepada bi Ami dan Arga. Tepat pada hari kelulusan SMP, Roza mencari sosok saudaranya itu, namun nihil
Ia tidak menemukannya. Sejak saat itu pula, Roza di diagnosis terkena penyakit:)

***

Arga menatap saudarinya ini dengan tatapan aneh. Pasalnya, Roza ingin ke German hanya untuk liburan. Namun Arga tidak melihat kalo saudarinya ini ingin berlibur.

"aneh lu. Hp lu juga kenapa gak aktif ha? Gue chatt gak dibales, di baca aja enggak" ucapnya sambil berjalan untuk mencari minum.

Roza tersenyum, ah sudah lama ia tidak mengecek ponsel lamanya.

Roza tersenyum, "hp gua yang lama rusak. Makanya ganti hp" jawabnya dengan santai yang membuat Arga melotot tak percaya.

Arga memiting kepala saudarinya, "konfirmasi dulu lah babi, lu kata gue gak khawatir ha? Durhaka sama abang" balasnya yang justru dibalas tawa kencang oleh Roza.

***

JANGAN LUPA VOMENTNYA!!

GIMANA SAMA PARTNYA??

mas Arga kalo ngomong frontal banget yaa, pasti Oja tertekan banget sama mas Arga yang ga punya filterr 😭😭

YU KOMEN YUUU

KAPAN MAU NEXT PART??

Roza Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang