CHAPTER 33

1K 39 0
                                    

[ CHAPTER 33 : Nyerah ]

H A P P Y   R E A D I N G

Rere yang memperhatikan Roza dari awal masuk sampai pulang pun heran. Roza yang biasanya semangat, kini menjadi pendiam. Bahkan untuk pergi ke kantin saja sahabatnya itu tidak mau. Justru menghabiskan waktu di perpus dengan berbagai macam buku.

Rere melirik Roza, "main ke rumah yu Ja. Ditanyain nyokap, lu udah lama gak main" ajak Rere namun tidak ditanggapi oleh Roza.

Rere menggeleng. Ia tidak mau berfikir yang aneh-aneh tentang sahabatnya ini. "mama katanya kangen sama lu Ja, main yu" ajaknya sekali lagi. Tetap sama, Roza tidak menanggapinya.

Roza yang baru saja bangkit dari duduknya harus melirik kearah sahabatnya yang sekarang sudah menahan tangannya. "apa?" tanya Roza dengan dingin. Bahkan wajahnya tidak seperti biasanya, yang selalu membawa kecerian. Namun dihari ini, Roza berubah 180°. Dingin.

Rere menelan ludahnya, "main yu kerumah" ucapnya yang digelengkan oleh Roza.

"capek" jawab Roza yang langsung melepas pegangan tangannya dan pergi begitu saja meninggalkan Rere yang bingung.

Rere diam, ia bingung dengan sahabatnya hari ini. Jelas-jelas tadi pagi ia melihat sahabatnya itu lagi tersenyum bersama dokter kesayangannya. Kenapa sekarang berubah menjadi seperti ini?

***

Roza mengehembuskan nafasnya. Ia duduk dihalte untuk beristirahat. Tangannya mengambil minum dari tas nya. Ia meleguk minum itu dan mengelap sudut bibirnya.

"capek. Oja gak kuat" ucapnya sambil mendongak menatap langit yang kini menggelap.

Roza mengecek tasnya saat ia mengingat bahwa tidak ada payung didalam tasnya. Untuk saja tasnya ada waterpoof jadi bukunya aman.

"sakit bun" cicitnya dengan menundukkan kepalanya. Biar kali ini ia menumpahkan semua rasa sakitnya, sedihnya dihari ini.

"bunda tau, kenapa Oja masih bertahan disini? Karna Oja mau cari kebahagian Oja bun" ucapnya sambil mengelap pipinya yang sudah basah karna airmatanya. "tapi percuma, kebahagian Oja udah gak ada" lanjutnya sambil menjambak rambut hitamnya.

Ia mendongak, tangannya mengelap wajahnya yang sudah basah. Ia mengecek ponselnya melihat wajahnya yang sekarang sudah memerah akibat menangis tadi. Ia tersenyum tipis kala melihat cairan kental berwarna merah itu kembali turun.

Roza mengelapnya, ia tersenyum. "sekarang aja. Oja capek" ujarnya sambil melihat darah yang terus menetes ke tangannya.

***

Roza membuka matanya, ia melihat sekelilingnya yang sudah ada di ruang tamu rumahnya. Ia memukul kepalanya beberapa kali berniat untuk menghilangkan pusingnya.

"non Oja" panggik bi Ami dengan nampan yang terisi bubur dan air putih untuk Roza.

Roza tersenyum kemudian ia mengambil air putihnya dan meleguknya. "siapa yang anterin bi?" tanya Roza sambil mengaduk buburnya.

Bi Ami tersenyum. Tangannya menyelipkan beberapa helai rambut Roza kebelekang telinga. "pak Kumis. Tadi ke sekolah, tapi udah gak ada non Oja nya. Terus pas pulang, dia ngeliat non Oja pingsan di halte" jawab bi Ami dan diangguki Roza.

Bi Ami bangkit dari duduknya, "bibi ke dapur lagi ya non. Abisin buburnya" ujarnya yang dibalas dehaman oleh Roza.

Roza mengelap bibirnya, ia tersenyum kala rasa buburnya masih sama seperti dulu. Enak! Ia meleguk airnya hingga habis, tangannya membuka ponselnya dan ternyata sudah banyak pesan dari sahabatnya dan yang lain.

Rere
|lu gpp Ja?
|kalo ada apa2 kabarin gue ya Ja, gue khawatir

Roza mengeluarkan pesan dari Rere, ia beralih ke pesan berikutnya.

Adam
|yuhuu
|selamat siang dunia tipu-tipuuu
|Ja, tumben pulang duluan, padahal gue nungguin lu di parkiran. Kenapa Ja?
|ya Allah, cogan dikacangin

Roza tersenyum kala membaca psan dari Adam. Ia keluar dari room chatt Adam dan meng-scroll chatt lainnya. Banyak yang mengechattnya, namun tidak ia buka dan balas. Niatnya, malam ini sampai seterusnya, Roza akan ganti nomor ponselnya.

Roza mengambil kontak ponsel barunya yang ada diatas meja tamu. Iya, Roza meminta tolong kepada pak Kumis untuk membelikannya ponsel terbaru.

Roza tersenyum, kemudian ia memasukkan simnya yang baru. Tidak ada kontak lamanya, bahkan kontak sahabatnya saja tidak ada. Tidak ada kontak doker Alan, dokter Adit, dan temannya yang lain.

Roza mematikan ponsel lamanya dan memasukkannya ke kotak, ia tak peduli ada berita apa nantinya.

"Oja capek, Oja nyerah" cicitnya yang langsung berjalan ke kamarnya.

***

JANGAN LUPA VOMENTNYA!!

GIMANA SAMA PARTNYA??

YU KOMEN YUUU

KAPAN MAU NEXT PARTNYA??

Roza Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang