Author pov
Weekend ini rencananya Levin hanya bersantai di apartnya, sedangkan Bella ada janji untuk pergi bersama Sebastian laki-laki yang sedang dekat dengannya. Sambil membuat kopi favoritnya, Levin kini sedang bersantai menonton film di saluran televisinya.
Ting ..
Nadine C. Prince
Lev, hari ini ada acara?
L.Freeza
Enggak, ada apa Nad?
Nadine C. Prince
Gak ada apa-apa sih. Cuma mau ajak ngopi
L.Freeza
Ok, ketemu di Gumption ya.
30 menit lagi aku jalan.
Aku mau siap-siap dulu.
Nadine C. Prince
Ok.
Levin pun langsung ke kamar mandi dan berganti pakaian casual. Bella yang heran pun bertanya kemana Levin pergi karna tadi Levin bilang malas untuk pergi.
"Kamu mau kemana Lev? Tadi katanya males kemana-mana?"
"Mau ngopi dulu sama Nadine. Sebentar aja kok gak lama."
"Kan aku udah kasih tau jangan terlalu dekat sama dia. Aku gak tanggung jawab loh ya nanti Stevi marah."
"Aku cuma sebentar Bella, lagian kita cuma temenan. Apa salahnya sesekali aku keluar dengan temanku. Lagi pula kamu kan mau kencan sama Bastian. Oiya ngomongin Stevi, aku telfon HPnya gak aktif. Aku kayaknya minggu depan aku harus balik dulu ke Jakarta. Masalah ini gak akan selesai kalo dia kayak gini terus"
"Terserah kamu aja lah. Yaudah nanti aku aku pesenin tiket, tapi aku gak bisa ikut karna banyak berkas yang harus aku selesaikan bulan ini.
"Iya gak apa apa aku sendirian aja. Aku jalan dulu ya"
Levin pun mengambi Mobilnya dan bergegas pergi. Tanpa Levin sadari ada seseorang yang sedang berusaha menutupi kecemburuannya melihat Levin dekat dengan orang lain.
Menerima kenyataan kamu akan hidup bersama Stevi saja sudah menyakitkan Lev, walaupun aku sangat senang menghabiskan waktu berdua denganmu saat ini. Tapi pada akhirnya kamu bukan milikku, dan sekarang aku harus melihatmu dengan orang lain. Sungguh sakit rasanya Lev. Ya sosok yang bermonolog itu adalah Bella, perempuan yang memilih untuk menahan Egonya untuk dapat memiliki Levin.
Bella sadar bahwa keluarganya sangat banyak berhutang budi kepada keluarga Stevi, maka dari itu Bella memilih untuk memendam perasaannya. Berharap rasanya akan hilang. Tapi semenjak mereka kembali bertemu dan sudah tinggal satu atap berdua, rasa itu semakin dalam dan semakin sulit dia pendam.
***
Sekarang Levin dan Nadine sudah berada di kedai kopi yang mereka sepakati untuk bertemu, Menikmati setiap cangkir kafein itu sudah seperti bernafas untuk Levin. Walaupun sekarang dia tidak bekerja seperti apa yang ia cita-citakan, tapi Levin bersyukur bisa mendapatkan apa yang sudah dia miliki saat ini.
"Rasanya udah lama banget aku gak minum kopi buatan kamu lev." Ujar Nadine.
"Iya aku juga rasanya kangen banget kerja dibalik mesin kopi. Bikin kopi tiap hari, dan gak pernah nyangka juga bisa kerja kaya sekarang."
"Aku juga gak nyangka ketemu kamu disini. Waktu di Jakarta kayaknya tiap minggu aku pasti nyempetin diri buat dateng ke kedai kopi tempat kerja kamu. Tapi semenjak Papa minta aku buat kembali ke sini, gak bisa lagi deh nikmatin kopi buatan kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Teen FictionKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.