Author pov
"Lev dari mana?" Tanya Bella yang melihat Levin baru memasuk ke apartemennya.
"Abis nganter Nadine pulang terus diajak dinner sama orang tuanya. Kamu kenapa belum tidur Bel?" Ucap Levin menghampiri Bella.
"Aku nunggu kamu pulang, sedikit khawatir kalo kamu belum pulang. Kamu ketemu Mr. Prince? Terus?"
"Aku bukan anak kecil lagi Bella Andira, I'll be fine. Ya biasa aja sih, aku cuma ngobrol soal kerjaan sama kuliahku. Dan mereka tau masalahku sama Stevi."
"Kok bisa tau? Nadine cerita?"
"Iya Nadine cerita semuanya, respon dari orang tuanya sih biasa aja. Dan kamu tau? Mereka berharap aku bisa jadi pendampingnya Nadine. Sumpah aku bingung Bel" Ucap Levin frustasi.
"Kenapa mereka bisa berharap begitu? Memang apa yang Nadine bilang ke orang tuanya?"
"Aku gak paham bel, tapi kayaknya Nadine cukup tau aku sebelum kita deket."
"Terus kamunya sendiri gimana?"
Levin hanya bisa menggelengkan kepalanya dan merebahkan badannya pada sandaran sofa. Niatnya untuk tidak ingin fokus masalah hati, sekarang malah hatinya makin dibuat kalang kabut.
"Lev.." Panggil Bella.
"Hmm" Jawab Levin yang masih memejamkan matanya.
"Apa aku salah sekarang kalo aku cemburu sama Nadine?" Tanya Bella lirih.
"Hah? Gimana maksudnya?" Tanya Levin kaget mendengar pertanyaan Bella.
"Apa aku salah kalo aku cemburu ngeliat kamu deket sama Nadine?" Ulang Bella.
"Kamu cemburu sama Nadine? Wait deh, bukannya kamu itu pacaran sama Sebastian?"
"Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia Lev. Dia... Dia cuma aku jadiin pengalihan rasaku. Maaf Lev, maaf karna aku gak bisa berhenti mencintai kamu walaupun kamu calon dari sepupuku sendiri, bahkan sampai saat ini." Ucap Bella yang sekarang sudah menitikkan air matanya.
"Bel.. Dulu aku pernah hampir memperjuangkan perasaanku untuk kamu. Tapi kamu bilang rasa itu udah gak ada, makanya aku coba untuk terima Stevi lagi. Kenapa kamu gak jujur dari dulu Bel?"
"Aku cuma gak mau masuk dalam hubungan kamu dan Stevi kemarin. Rasanya terlalu sulit dan terlalu rumit kalo aku harus bersaing dengan sepupuku sendiri. Di tambah waktu itu aku diminta om Danu untuk mengawasi kalian, aku gak mungkin nikung sepupuku sendiri. Bahkan tadinya aku sempat menolak tawaran om Danu untuk menemani kamu di sini. Takut rasa ini makin dalam tapi tetep aja aku gak bisa ngikutin egoku sendiri karna aku terlalu banyak berhutang budi sama keluarganya Stevi." Jelas Bella dengan isakannya.
"Tapi bukan berarti kamu juga bohong sama aku kan Bel?" Lirih Levin.
Bella hanya bisa menangis, Levin yang semakin bingung dengan perasaannya kini membawa Bella ke dalam pelukannya.
Jika tadi perasaan Levin berbunga karena rasa yang baru dari seorang Nadine, kini perasaannya pun sulit di tebak haruskah dia bahagia ataukah dia harus kecewa dengan Bella yang hanya bisa memendam perasaan kepadanya selama ini.
Sekarang keduanya sudah bisa jauh lebih tenang, Levin mengajak Bella untuk beristirahat. Setelah mengantar Bella ke kamarnya, Levin langsung merebahkan badannya tanpa mengganti pakaian terlebih dulu.
Ting..
Nadine C. Prince
Sudah sampaikah? Maaf sudah lancang menciummu. Semoga kamu gak marah karna itu. Coz I think I'm fallin' love with you Lev. Good Night.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Fiksi RemajaKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.