Author pov
Levin sudah bersiap untuk melajukan mobilnya untuk menjemput Nadine di kantornya, sesuai kesepakatan semalam Levin berjanji untuk mengajak Nadine pergi hari ini. Ia pun sudah memberi tau Bella akan pulang telat malam ini.
Setiba di depan kantor Nadine, Levin hanya menunggu di lobby dan memberi kabar ke Nadine bahwa dia sudah sampai.
L.Freeza
Aku udah di lobby ya
Nadine C. Prince
Okay, wait a minute
Tak lama, Nadine datang dan menghampiri Levin.
"Maaf ya udah nunggu."
"Santai aja, belum lama juga. Yaudah yuk."
Mereka pun berjalan menuju parkiran, setelah membukakan pintu untuk Nadine, Levin segera menuju pintu kemudi.
"Jadi mau ke mana kita?" Tanya Levin sambil menstater mobilnya.
"Kita dinner di rumah aja ya, Mom sama Dad kebetulan ada di rumah."
"Dinner bareng orang tuamu?"
"Iya, kenapa memang?"
"Gak apa-apa sih, cuma sedikit tegang aja.
"Tenang, aku udah cerita tentang kamu kok. Justru mereka yang minta aku ngajak kamu ke rumah." Ucap Nadine santai.
Levin pun hanya mengerenyitkan dahinya. Sedikit heran dan penasaran apa yang disampaikan Nadine kepada orang tuanya. Akhirnya Levin pun mengemudikan mobilnya ke rumah Nadine.
Levin sedikit khawatir untuk menemui orang tua Nadine, takut ini akan menjadi masalah baru. Belum lagi Bella bilang Mr. Prince adalah saingan terbesar dari Tuan Danu. Semoga ini gak akan ada pengaruhnya dengan persaingan bisnis mereka.
Mereka pun sudah tiba di pekarangan rumah mewah milik keluarga Prince, Levin berusaha untuk menormalkan detak jantungnya dan bersikap sebiasa mungkin.
Ternyata mereka Mr. and Mrs. Prince sudah menunggu mereka di ruang keluarga.
"Mom Dad, Nadine pulang." Panggil Nadine seraya mencium pipi orang tuanya.
"Mom Dad, ini Levina Freeza yang kemarin aku ceritain." Lanjut Nadine.
"Good evening Mr. and Mrs. Prince. Sebuah kehormatan untuk saya bertemu dengan anda." Ucap Levin kaku.
"Jangan terlalu formal lev, panggil kami Mommy dan Daddy seperti Nadine ya." Ucap Mrs. Prince ramah.
Levin yang semakin heran pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk mendengarkan ucapan dari wanita dewasa itu.
"Kalo gitu aku mau ke kamar dulu ya, lev tunggu sini sebentar."
Levin yang merasa segan pun masih tidak berani untuk mengeluarkan suaranya. Dia sudah tau bagaimana karakter Mr. Price yang terkenal dingin, tegas dan serius kepada seluruh karyawan dan koleganya.
"Lev, ngelamun aja. Duduk, anggap rumah sendiri. Mommy mau ke belakang dulu buatin minum untuk kamu sekalian siapin makan malam."
"Terima kasih Mrs.. Eh, Mom."
Dan sekarang hanya ada Levin dan Mr. Prince di sana, sadar bahwa orang di seberangnya terlihat takut untuk bicara, akhirnya Mr. Prince pun membuka suara terlebih dahulu.
"Jadi kamu study dan bekerja di sini lev?"
"I.. Iya Sir.. Mmm Dad" Jawab Levin gugup.
"Jangan gugup gitu, santai aja. Ini di rumah, kamu tidak akan melihat saya yang dingin dan serius. Jadi benar kamu itu calon menantunya Danu Sudiro?" Tanya Mr. Prince to the point.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee (Completed)
Teen FictionKetika sebuah perasaan diibaratkan dengan secangkir kopi. Tak selamanya kopi itu pahit dan tak selamanya rasa itu manis Semua tergantung jenis kopi dan sebanyak apa gula yang ditambahkan.